Sunday 21 April 2024

RINDU ~

Teruntuk masa lampau yang sampai dengan saat ini selalu saya kenang, sekarang dan selamanya.

Sesuatu yang sudah lama saya tidak rasakan ketika berganti status menjadi seorang istri dan ibu.

Waktu, orang-orangnya, masa, tempat..

Ya saya sangat merindukan vibes keluarga saya jauh sebelum saya menikah.. Apalagi disaat saya sedang menghadapi situasi yang tidak saya inginkan.

Sekarang saya hanya bisa berdoa, memohon minta tolong panjangkan umur kedua orang tua dan saudara saudari saya, supaya saya tetap punya tempat untuk pulang untuk sekedar berbagi atau melepas rindu.

.

Saya rindu orang-orang yang dengan tulus menyayangi saya tanpa terkecuali, saat ini hanya mereka lah orangnya.

.

Saya gak tahu ya orang yang bersama saya saat ini beneran tulus atau hanya sekedar butuh saja, tapi yang jelas saya sering merasakan kegelisahan, terkadang dihakimi, dipandang kurang baik. Jadi sepertinya saya gak bisa berharap banyak untuk diperlakukan dengan baik/yang seharusnya.

.

Cara bagaiamana supaya saya beralih tidak berlarut larut bersedih adalah dengan tidak menanggapi/cuek saja dengan keadaan ini. Memang terkedan seperti tidak peduli, tapi hanya ini yang bisa saya lakukan untuk menyembuhkan hati saya yang tidak baik. Semoga mental dan fisik saya masih bisa diperjuangkan agar tidak mudah sakit dan goyah.

.

Mungkin juga ini akibat karena saya kurang mendekatkan diri kepada Allah, solat tahajud jarang, ngaji juga. Saya terlalu banyak memikirkan urusan dunia. Baru kemaren lagi saya ngaji rasanya sedih yaa baru ngaji lagi.. padahal saya masih dikasih waktu untuk hidup yang artinya harus memperbanyak ibadah.

Saya terlalu takut dengan penilaian manusia, dulu saya pernah ngaji didengar oleh seseorang katanya suara ngaji saya tidak bagus, lambat. Intinya menurut dia kurang bener lah. Dari situ saya bisa dihitung ngajinya. Padahal saya hanya berhati hati saat mengaji takut tajwidnya kurang pas, dan Allah Maha Pengampun dan Maha Tahu. Harusnya saya gak perlu mendengarkan omongan orang yang sengaja ingin menjatuhkan, karena pahala yang saya cari bukan tergantung dari lisan orang itu melainkan karena diri saya sendiri yang ingin mencapainya.

.

Mulai sekarang, saya mau mencoba perbaiki diri pelan-pelan, walaupun saya juga masih banyak kekurangan dan tidak akan mungkin jadi sempurna, tugas saya hanya mencoba jadi orang baik, gak merugikan orang lain dan tidak usah memerdulikan orang yang mengecilkan/mengejek saya. 

Tapi maaf jika saya sudah merasa terganggu saya juga gak akan diam, saya akan memberi tahu bahwa sikapnya sangat mengganggu dan harus dirubah.

Semoga orang-orang yang sayang sama saya mengerti, dan pasti mereka akan tetap selalu ada. Sedangkan orang-orang yang palsu, baik di depan busuk di belakang semoga mereka semakin jauh, kalau bisa tidak perlu sering berinteraksi dengan saya karena saya gak mau ada aura negatif dalam diri saya terkait dengan sifat orang toksik/fake.

.

Semoga kisah ini dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pembaca. Semoga saya bisa dengan lapang menerima takdir yang sedang saya jalani. 

Friday 10 December 2021

Hi Dear

 Terdengar begitu mengerikan tetapi justru tindakan tersebut lebih efektif dan cepat dibandingkan dengan mengonsumsi obat. “Gimana del? Apa mau dikuret aja?”

“Jangan dok, saya lanjutkan obatnya saja”. “Tapi obatnya gak boleh putus lagi ya, karena kalau putus pasti efeknya perdarahan lagi dan harus diulang”.

Teringat keteledoran yang begitu membekas dalam ingatanku. Hanya lupa satu tablet saja, setelahnya perdarahan cukup banyak terjadi keesokan harinya.

Bagi tenaga kesehatan pasti sudah sangat paham dengan diagnosis PUA, yaitu sesuatu yang aku alami beberapa bulan lalu.

PUA yang ternyata sudah terjadi saat diriku masih gadis. Namun baru terdeteksi setelah menikah. Apa itu salahku? Tentu saja bukan. Melainkan ini takdir dari-Nya. Sebuah keistimewaan yang Dia berikan kepadaku agar aku menjadi manusia yang lebih sabar terutama menanti hadirnya keturunan. Apakah suamiku menuntut untuk mempunyai keturunan segera? Tidak.

Kesadaran sepenuh hatilah yang menuntunku untuk memeriksakan diri dan menjalani terapi dengan semestinya.

Sembilan bulan kami menikah. Delapan bulan pula aku menanti kestabilan kondisi kesehatanku dan akhirnya….

“Kamu ada bakat PCOS (Policystic Ovarium Syndrome) del, tapi rahimnya bersih dari kista gak ada tumor semacamnya, cuma ini aja penebalan dinding rahim diatas batas normal soalnya hormon kamu gak seimbang harus dikikis, karena itu yang menghalangi pembuahan”. “Apakah saya kemungkinan besar masih bisa hamil dok?”. Bisa kok, emang udah berapa bulan nikah?”.”Tujuh bulan dok”. “Oh, baru juga tujuh bulan, tenang aja”.

Perasaanku 50 : 50 saat itu. Rasa lega dan takut. Jadi ini penyebab haidku tidak teratur dari gadis. Aku pernah memeriksakan itu ke dokter handal di Rumah Sakit bonafid DKI Jakarta tapi hasilnya? Tidak ada apa-apa. Mereka mengatakan hanya hormonku saja yang tidak seimbang dan hanya diberikan obat-obatan.

Semenjak itu, aku tau penyebab kenapa waktu gadis hasil pemeriksaan menunjukkan aku baik-baik saja.

Hal itu disebabkan karena dulu aku tidak melakukan pemeriksaan transvaginal yaitu tindakan dimasukkannya sebuah alat ke bagian dalam vagina. Waktu itu hanya periksa USG saja. Aku masih perawan jadi tidak boleh dimasukkan apapun karena bisa merusak organ vitalku itu.

Sedangkan setelah menikah aku melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, USG dan transvaginal. Maka dari itu langsung terdeteksi masalahnya ada dimana. Bersyukur belum terlambat. Mumpung masih lima bulan menikah, sebelum satu tahun atau sebelum aku menyesal apabila tidak segera periksa.

***

Beberapa bulan setelah menjalani terapi ………

July on 2021

“Mas, aku kok belum haid sih telatnya lama banget biasanya telat tuh maksimal 3 hari, perutnya ga enak”. “Ya tunggu aja, kamu kan emang maju mundur haidnya”.

Sepuluh hari telat haid…

“Kamu udah haid belum?”. “Belum mas”.”Coba periksa yang, takutnya kenapa-kenapa”.”Apa aku tespack aja mas?”.”Ya udah coba aja”.

Deg-degan sekali rasanya. Memang haidku tidak teratur tapi selama ini tidak pernah telat sampai 10 hari.

Akhirnya aku memberanikan diri membeli tespack seharga dua ribu rupiah di apotek. Besok paginya aku test.

Hasilnya….

Garis II. Tapi? Masih samar. Aku garuk-garuk kepala, emang kalo hamil itu garisnya samar atau nyata? Kata orang-orang sih kalau usia kehamilannya masih baru memang samar.

Tapi aku ragu karena gak muntah sama sekali, mual hanya sedikit.

Setelah tespack aku siap-siap mandi dan berangkat kerja lalu daftar ke dokter obgyn untuk mengecek apakah aku beneran hamil?

***

“Dok ini tespacknya”. Wow, ini mah udah hamil del, ayo kita cek”. “Wahhh benar ini, itu ada kantong warna hitam udah kebentuk, udah hamil, janinnya belum ada ya karena usianya  5 minggu, masih kecil banget belum bisa kedeteksi”.”Waduhhh yang benar dok saya hamil? Alhamdulillah”.”Akhirnya program hamilnya berhasil ya”. “Iya memang sudah rezeki juga dok”.”Nanti kontrol lagi sebulan kemudian ya”.

Masyaallah ….

Di rumah

“Bener kamu hamil?”. “Iyaa mas benerrr”. “Alhamdulillah…”. Suamiku semangat sekali memelukku, dia bahagia sekali.

Aku berteimakasih kepada Allah SWT, bersyukur sekali masih dikasih kesempatan untuk merasakan nikmatnya kehamilan, awal perjuangan seorang ibu. Setelah menanti delapan bulan dan  lima bulan aku rutin konsumsi obat. Alhamdulillah ya Allah …

Bulan depan

“Wahh, janinnya udah kelihatan nih, tuh liat gerak-gerak dia, lucu ya”.”Ya Allah udah bisa gerak gitu ya dok (geraknya seperti memantul), alhamdulillah detak jantung, dan organnya tumbuh normal”

***

Thursday 15 July 2021

WFH (WORK FROM HEART)


Isolasi mandiri kini sudah bukan hal asing bagi kami. Kasus positif dimana-mana, tenaga kesehatan tak sedikit tumbang. Bahkan saya pun pernah merasakannya sehingga kami tahu diri… bahwa harus tetap menerapkan protokol kesehatan demi menjaga satu sama lain.

Saya bekerja di rumah sakit, yakni tempat dimana banyak pasien dengan beragam penyakit yang bisa saja saya tidak tahu apakah pasien tersebut sudah terpapar atau belum, bisa dicek dari hasil swab antigen atau PCR. Namun apakah selalu terlihat dari awal? Belum tentu. Karena menolong orang sakit terutama di unit gawat darurat, adalah kewajiban nakes yang tidak mungkin dilakukan tes antigen beserta berkasnya menjadi persyaratan seseorang akan lanjut tindakan atau tidak. Contoh pasien kecelakaan. Gak mungkin langsung dioperin ke Rumah Sakit lain karena tiba-tiba kalo kecelakaannya terjadi dekat RS ini, pastilah tindakan dulu. Karena takut keburu nyawa melayang kita ga akan pernah tahu.

***

Kerja dari hati atau work from heart. Dengan sepenuh hati kita gak akan pernah berhenti untuk melayani masyarakat, meskipun banyak dari teman-teman yang akhirnya terpapar namun semangat tak menyurutkan kita untuk terus tetap lanjut bekerja menolong sesama. Sembuh dari ini, setelahnya lanjut lagi.

Di masa depan nanti aku punya rencana dan insyaallah mantap untuk sekolah lagi dan memilih jadi dosen saja jika rezekiku memungkinkan. Tapi untuk saat ini, aku ikhlas menjalankan tugasku sebagai ahli gizi. Menerapkan ilmu sambil mengais rezeki untuk bekal nanti ku melanjutkan impian serta masa depan yang lebih baik.

Karena selama ini aku suka diskusi, membaca, dan menulis, itulah bekal yang mendukungku untuk menjadi seorang pengajar (kelak) meskipun entah kapan. Tidak pernah bosan untuk berbagi ilmu bagi siapapun yang membutuhkan saran, masukan. Aku bisa sabar dalam berbagi, dan tidak marah jika mereka belum paham atau lama penangkapannya. Karena itulah tantangan menjadi pengajar, salah satunya harus sabar, dan paham karakter teman diskusi kita.

Disamping itu, jika aku menjadi dosen maka aku bisa mengajak anakku ke kampus. Well, itu better daripada kutitipkan kepada pengasuh atau orang tua. Tantangan juga untukku dalam membagi waktu, untuk mengajar, mengurus anak dan projek akademik, penelitian dll.

Semoga bisa terealisasi suatu hari nanti. Aamiin.

Dimana ada kemauan disanalah ada jalan.

Kerja dari hati~~~

Tuesday 29 June 2021

Yang Dinanti

 

Satu bulan, belum. Dua bulan, belum beruntung. Tiga bulan.. ada apa ya?

Mungkin terlalu dini untuk memikirkan semua ini, namun aku bukanlah orang yang suka menyepelekan sesuatu termasuk hal kecil.

Sejenak kupersiapkan mental untuk mendatangi salah satu dr. spesialis Obgyn di rumah sakit tempatku bekerja.

***

Hai sobat readers, lama kita tak jumpa. Sudah empat bulan blogku kosong melompong kaya gigi ompong hahaha. Maklum now I’m a wife and super busy. Karena setelah menikah masih bekerja berangkat pagi naik kereta pulang hampir gelap. Rasanya? Biasa diluar. You should to try that, bagus loh untuk olahraga jantung :D

Menurut kamu pernikahan yang bahagia itu seperti apa? Mempunyai suami yang baik dan anak yang lucu. Isn’t ?

Aku baru menikah tujuh bulan dan tentu saja mengharapkan seorang atau beberapa anak yang lucu, kalau bisa sepasang. Aamiin.

Namun, something happened to me.

“Wahhh kayaknya kamu hamil del, tuh ada kantungnya”. “Masa dok? Yang bener? Aku gak percaya masa aku hamil padahal baru bersih haid, dan belum melakukan hubungan suami istri”.”Kamu mau gak sih hamil? Coba deh nanti test pack ya”. “Ya mau dok kan rezeki, baik dok”.

Sepulang kerja, aku membeli testpack yang lumayan mahal, besok pagi baru aku test urineku ternyata (-). Sedikit kecewa tapi lebih ke perasaan bingung dan timbulah pertanyaan. Kalau aku gak hamil? “Terus yang dibilang dokter ada kantung itu apa?”

***

“Kalau hasilnya (+) kamu minum folavit, kalau (-) tebus primolut ya”. Teringat instruksi dokter seperti itu maka aku langsung membeli primolut menggunakan resep dokter, takarannya 1 kali sehari, selama dua minggu obat itu harus dihabiskan.

Suatu hari, kelalaian telah kuperbuat, yaitu dimana saat aku lupa meminum primolut hingga terjadi perdarahan hebat diluar waktu haid. Badanku lemas, perutku sakit, dan kepala pusing. Suamiku memijat kakiku dan menyuruhku gak usah masuk kerja besok tapi aku tetap mau bekerja karena masih bisa istirahat dengan harapan besok lebih baik.

“Dok, saya perdarahan, harus bagaimana?”.”USG aja ya”, katanya.

Lalu, aku mendatangi dr obgyn lagi, dan ternyata..

“Adel, kamu minum obatnya terputus ya?”.”Iya dok saya lupa”.”Waduh jangan sampe lupa ya, gak boleh, itu yang menyebabkan perdarahan, apa mau dikuret aja biar cepat besih?”.”Hahhh, jangaaaan dok, kalau masih bisa obat jangan kuret dok”. “Saya kasih dosis baru ya, harus dari ulang jangan lupa lagi”.

***

Jadi sobat, aku didiagnosis PUA (Perdarahan Uterus Abnormal) yang disebabkan oleh penebalan dinding rahim setebal 0,89 cm karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan progesteron. Penebalan itu arus dikikis sampai minimal 0,5 cm dengan obat primolut. Cukup rumit dan harus sabar.

Hormonku berantakan, itulah penyebab selama ini haidku gak teratur kadang-kadang perdarahan lama atau diluar waktu haid. Pantas saja, aku sampai saat ini belum merasakan kehamilan.

Hingga beberapa minggu aku kontrol lagi, Alhamdulillah sudah terkikis hingga 0,6 cm, sedikit lagi normal dan besar harapanku untuk punya dede yang lucu.

Untuk pengalaman aja sobat, setelah menikah gak ada salahnya cek kesehatan reproduksi kalian agar terdeteksi sejak dini. Tidak ada wanita yang tidak bisa mempunyai anak. Semua atas kuasa Allah SWT.

Jangan pernah putus asa dan terus berusaha, berdoa, bahagiakan orang tua dan saudara-saudara kita.

Pada pertemuan terakhir dengan dokter, saat pemeriksaan transvaginal, dinding rahimku sudah normal dan terdapat sel telur yang sudah bisa dibuahi.

Bismillah, semoga setelah ini kami bisa memperoleh keturunan yang soleh dan solehah Aamiin.

Tuesday 19 January 2021

Munafik tapi dicinta

Nilailah dari hati nurani yang paling dalam, bahwa dicintai tidak selamanya membawa kebaikan dan ketenangan, jika :

 

Merugikan Diri Sendiri

Mudah menerima ajakan orang lain agar tidak dianggap sombong atau yang jelek-jelek.

“Hey, karokean yuk”. Ayo aja (padahal lagi bokek)

“Ehh beli dehh dagangan gue, ini terbaru lohh, Boleh” (Padahal di rumah udah banyak)

“Nanti anterin gue yuk kesini, Oh iya (padahal lagi sibuk ngerjain tugas atau lagi capek)

Haduh, capek deh. Iya Iya aja demi menyenangkan hati orang lain, padahal di dalam hati?? 100% No. But you wan’t to speak up.

Yang rugi siapa? Kamu.

Ikhlas ngga? Ngga

Mungkin kita akan disukai atau dicintai oleh teman – teman kita karena mereka mengganggap kita sebagai superhero yang selalu menolong.

Padahal tidak sesuai dengan keadaan….


Demi Disukai Orang secara Pribadi

Menerima negosiasi hanya demi 1 orang tanpa memikirkan orang lain.

Hal ini banyak terjadi diberbagai macam jenis lapangan pekerjaan dimana mereka bekerja secara team, dan pasti ada saja anggota yang berusaha untuk mendekati atasannya demi keuntungan pribadi semata plus memberatkan anggota lain. Peraturannya gimana, yang dijalankannya seperti apa..

Jadi permintaan si anggota itu selalu saja diturutin karena adanya kedekatan emosional khusus antara atasan dan anggota.

Otomatis dengan sifat tidak bijaknya, si atasan mudah sekali mengiyakan sebuah permintaan, hanya karena tidak ingin dipandang yang tidak-tidak dengan 1 orang tersebut (mentang-mentang deket). Padahal seharusnya dia bisa menjadi contoh yaitu adil terhadap semua anggotanya.

Perbuatan seperti itu sangat amat menimbulkan kecemburuan sosial yang tidak tanggung-tanggung memaksa anggota lain berbicara “sudah cukup tahu saja” menggerutu,, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena terhalang posisi dan rasa takut.

Yuk mulai sekarang mari kita merubah pola pikir kita bahwa “tidak perlu merasa tidak enakan sama orang”, selama kita menolak secara halus, kita tahu itu gak perlu, kita yakin saat ini sedang banyak pekerjaan, dan lain-lain.

Semoga yang masih seperti itu segera bisa memperbaiki begitu juga dengan penulis bisa mempertahankan sikap “gak takut bilang tidak”.

Jadi, dicintai dengan cara seperti itu (maaf) gak jauh dari munafik, sama aja seperti gak jujur sama diri sendiri dan capek. Apalagi nurutin kemauan seseorang hanya karena mentang-mentang dekat.

Padahal sudah jelas itu memberatkan orang lain pula ~

Saturday 26 December 2020

Serius? Tapi Bohong

Write on 18 August 2020

 Before I'm getting married

Welcome to the bullshit world……

***

Don’t judge a book by the cover. Artinya, jangan mudah menilai sesuatu yang belum kita ketahui betul. Covernya licin, intisari nya buruk, gak nyambung, amburadul, sulit dimengerti.

Satunya lagi, covernya biasa saja atau bahkan gak menarik. Tapi Intisarinya tjakep luar biasa, banyak manfaatnya, mudah dipahami.

Who’s know? Kita tidak akan pernah tahu bagaimana isinya sebelum kita mengenal atau mempelajarinya.

“Kalau kamu pikir aku cuma main-main sama kamu.Itu gak bener”

*That’s a fu*kin bullsh*t words. Sesuatu ter-munafik yang pernah gue dengar.

Sejatinya seseorang yang serius, akan lebih mengutamakan tindakan daripada berbicara.

Itu yang bikin gue gak mudah percaya dengan laki-laki setelah banyak racun yang terlontar dari mulut manis tak bertulang.

***

Laki-laki mempunyai sifat memburu dan penasaran. Yang apabila perempuan lebih dari itu atau agresif, mereka akan kehilangan rasa memburu, mati rasa. Mau ngejar gak jadi.

Maka dari itu, jadilah perempuan mahal. Jatuh cinta pertama kali tidak usah berlebihan, liat-liat dulu. Kalau oke lanjut, tapi diam-diam aja. Gak usah menunjukkan rasa suka karena itu bisa bikin laki-laki ilfeel. Toh kalau dia suka dan serius pasti akan ngejar dengan sendirinya, ingat bahwa jodoh udah ada yang ngatur. Ya kayak gitu. Kalau dia next berarti dia jodohmu. Jangan pusing.

Kalau dia pergi? Good bye. Gue gak akan lemah, apalagi ngejar-ngejar dan gue bersumpah akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, otomatis level jodoh yang didapatkan bisa lebih upgrade more better dari masa lalu.

Selalu gue terapkan hal ini dalam hati. Sampai sekarang gue dapat calon yang masa lalunya mirip-mirip hehehe alias ga beda jauh.

Sama-sama banyak yang suka *bukan sombong tapi kenyataan hahaa

Bedanya, calon beberapa kali pacaran. Nah gue, meskipun banyak yang suka, gak ada satupun laki-laki yang jadi pacar. Sekalinya gue suka beneran sama laki-laki, orangnya?? Duhhhh nggak banget, dan untung ngga jadi juga sama ybs. Ini setelah logika gue jalan ya, dulu waktu masih suka, gue childish banget, otak gue banyak sawang gak bisa mikir jernih.

***

Jadi, gue jomlooooo dari sekolah sampe kerja, baru kali ini pacaran langsung serius. Yaa berharap sih bisa sampai jodoh dunia akhirat. Meskipun gue dan doi belum bisa menjalani hubungan dengan proses syari’at islam alias ta’aruf.

Meskipun gitu, kami saling menghargai satu sama lain. Masa lalu, ya udah disimpan, dijadikan pelajaran. Gak perlu dikenang lagi.

Tuesday 29 September 2020

Dear... Jabatan > Berkah atau Petaka?

 

Keren, berwibawa, terpandang.

Kacamata manusia hanya sekedar memandang jabatan adalah suatu posisi yang dimiliki seseorang hebat tentunya dengan segudang kemampuan dan ilmu yang mumpuni. Namun dibalik itu semua, perlu mental dan pendirian kuat yang wajib dimiliki bagi seorang pemimpin/yang menjabat posisi tersebut.

***

Assalamualaikum sobat muslim dan selamat pagi untuk seluruh teman-teman, gimana kabar kalian? Aku harap semua sehat wal’afiat ya. Ditengah pandemik seperti ini, jangan sampai kita sakit karena panik berlebihan terhadap virus kecil itu, tapi juga tidak mengabaikan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan yaaa. Review kali ini adalah, bahasan tentang seberapa penting jabatan? Akankah membawa manfaat atau mudharat ? Niatku disini hanya berbagi pengalaman nyata yang bahkan sedang aku alamin sendiri sudah setahun ini.

***

BTW, menurutmu jabatan itu apa? Pastinya sudah tidak heran lagi, jaman sekarang jabatan itu udah gak WOW lagi kayak jaman dulu yang dipandang berkelas banget dan susah dapetinnya. Sekarang? Jabatan adalah suatu yang bikin orang “kalo bisa gak usah menjabat” karena gak mau repot dengan tugas serta tanggungjawabnya.

Alhamdulillah, sudah setahun lebih aku bekerja di sebuah Rumah Sakit swasta dan sudah 2 kali menjadi Ahli Gizi di tempat yang berbeda. Tapi…. Yang sangat aku sayangkan adalah beban dan tanggung jawabku sebagai Ahli Gizi melebihi ekspektasiku sebelum aku bekerja di Rumah Sakit.

Singkatnya, di tempat kerjaku yang dulu maupun sekarang, Kepala Instalasi Gizi adalah posisiku sudah setahun lebih ini. Tugasku mengontrol Instalasi Gisi, visit pasien setiap hari dan lain-lain. Pekerjaanku tidak sulit, namun ada yang lebih sulit. Apa?

 

Menjadi Kepala Instalasi Gizi yang baik.

Masalah jobdesk, lancar-lancar saja, bahkan kalau ada masalah/kendala aku bisa mengatasinya dengan baik. Tapi mempunyai jabatan seperti itu bukan hanya sekedar mengenai pekerjaanku saja. Tapi juga mengenai rekan kerja yang harus kubimbing.

Itu yang sulit …. Aku mengakui membimbing orang banyak itu tidak mudah. Berbagai macam karakter harus kukenali, mempelajarinya kemudian mengintervensi bagaimana penatalaksanaannya.

Aku sungguh bermimpi.. Ingin sekali rasanya aku menjadi Ahli Gizi biasa saja, punya senior yang lebih pintar dan Kepala Gizi yang sudah berpengalaman dan pendidikannya diatasku, aku sungguh tidak ingin menjabat jadi Kepala. Rasanya terlalu berat jika aku dibilang bos/atasan. Aku menyebut diriku sendiri sebagai “Pembimbing”.

***

Di Rumah Sakit yang lama aku mempunyai 4 rekan kerja dan di RS yang sekarang ada 6 rekan kerja yang harus kubimbing. Awal mula, disini mereka (para rekan kerja) sulit sekali diberi nasehat. Karena mungkin aku baru juga jadi Ahli Gizi disini. Lama kelamaan sekitar 6 bulan, akhirnya aku bisa perlahan-lahan membimbing mereka. Tentunya dengan cara yang baik, sopan dan tidak galak/kasar/keras,

Aku tipe orang yang pendiam, sulit beringas. Namun jika aku sudah kesal, terlalu lama dipendam, aku meledak pada saat rapat dan agak sinis kepada mereka yang susah diatur dan melontarkan kata-kata yang mungkin juga mereka bisa saja kaget mendengarnya. Tapi hanya sebatas perihal kerjaan bukan karena subjektif ya.

Contohnya : “Saya tidak suka kalian bandingkan dengan Ahli Gizi yang lama, peraturan saya ya begini, mereka (Ahli Gizi yang lama) sudah tidak ada disini, Move On lah kalian, jangan samakan dengan saya”

Mereka hanya terdiam. Jika mereka berbuat kesalahan, dan itu berulang serta sulit dikasih nasehat.

Saya sinis lagi “Tolong lah, saya bilang begini karena ingin teman-teman jadi lebih baik lagi, tolong jangan sok tahu, budayakan bertanya jangan semaunya saja, kalo kalian gak mau nurut atau ngeyel juga, lihat saja nanti akibatnya, kalian akan rasain sendiri. Apa yang kalian perbuat suatu saat akan menimpa kalian lagi, menanam keburukan maka itu yang akan didapat”. Mereka kembali hening.

Ada dua orang yang sulit diatur. Tadinya ada 3. Satu sudah berhasil kubimbing yang tadinya agak “ngeyel dan frontal” sekarang sudah jauh lebih baik, lebih bisa mengontrol emosi dan cara bicara. Tinggal dua orang ini yang agak susah. Namun mereka perlahan mau mendengarkanku, tentunya dengan evaluasi yang baik.

***

Sungguh berat tanggungjawab ini. Aku merasa belum pantas apalagi teman yang kubimbing senior yang umurnya kebanyakan jauh diatasku. Harus sopan tapi tegas. Itu sulit… Awalnya aku gak bisa tegas-tegas apalagi sinis. Tapi lama-lama, kok susah ya dibilangin akhirnya aku meledak juga huffftt. Untuk suatu tujuan yang baik tentunya.

Aku berharap teman-teman tidak hanya pekerjaannya saja yang beres tapi juga mempunyai akhlak/perilaku yang baik kepada sesama. Tidak julid, menjatuhkan divisi lain dan hal buruk lainnya. Walaupun divisiku juga perah diusik dan difitnah. Namun tidak terbukti dan atasanku (HRD) percaya penuh kepada Instalasi Gizi. Masyaallah. Seberat itu aku harus pasang badan jika terjadi sesuatu dengan teman-temanku atau perbuatan salah seorang dari kami.

***

Tugasku membimbing divisi lambat laun Alhamdulillah, sudah terlihat progressnya. Teman-teman yang tadinya ngeyel, asal jeplak menjadi lebih menjaga lisan dan nurut nasihatku atau jika ada SOP/peraturan baru. Mereka ku tanamkan mindset harus selalu nurut dan menjalankan mengenai ilmu/SOP yang aku salurkan kecuali jika peraturanku menyangkut hal diluar pekerjaan.

Bagaimana? Tidak mudah untuk menjabat dengan sabar, tidak marah-marah, dan selalu menyalurkan budi pekerti yang baik. Maka dari itu aku mengerti atasan perusahaan sering kali memaksa karyawannya untuk perfeksionis, kerja cepat dsb. Karena beban mereka selangit, mereka yang pasang badan, mereka pula yang ambruk hati serta jiwanya jika ada sesuatu yang salah. Mental baja sangat dibutuhkan pada setiap atasan. Gak bisa sekali dua kali jatuh udah lemah, tak berdaya dan menyerah. Ujian bukan hanya dari divisi kita saja, tapi dari divisi lain. Ini yang sulit. Menyamakan persepsi mengenai SOP yang sudah dibuat. Sering diingatkan saja masih suka salah, apalagi hanya didiamkan. Ada 2 faktor yang membuat SOP sulit untuk dijalankan :

1. Keegoisan karyawan

2.     2. Pembuat SOP tidak Konsisten

Atau kalian mungkin punya faktor tambahan lain? Komen dibawah yaaa.

Untuk hal yang pertama, ketika kami sudah mengingatkan personil untuk menaati SOP. Sekali dua kali dijalankan. Ok. Besok-besok kendor lagi. Itu sering sekali terjadi. Akibatnya? SOP itu rata dengan keegoisan mereka, seperti bisa berlaku bisa tidak. Padahal wajib sekali ditaati. Maka, jika itu selalu berulang, kita berhak untuk menyampaikan pada Kepala Divisi (KaDiv). Sekali dua kali tiga kali OK. Nanti, kumat lagi. Dan seterusnya. Artinya personil patuh saat diingatkan oleh KaDiv saja. Tapi tidak ditanamkan dalam kinerja dia sendiri. Maka dari itu, kita perlu melakukan pendekatan kepada atasan langsung. Yaitu Kepala Pelayanan Medis/Yanmed (jika bekerja di RS). Mengenai terhambatnya SOP tidak berjalan apalagi sampai merugikan salah satu divisi dan menjatuhkan citra pelayanan.

Bagiku… yang sulit adalah… pppfffttt banyak sulitnya …

Jika KaDiv tidak terima bahwa masalah ini didiskusikan oleh atasan langsung. Padahal bukan maksud kami untuk menjatuhkan dia. Tapi untuk mencari jalan keluar gimana SOP tersebut bisa terus berjalan tanpa keegoisan salah satu personil. Ada KaDiv yang marah-marah sampai bicaranya gak pantes/menjatuhkan, ada yang bisa menerima legowo bahwa personilnya memang harus dibenahi.

Macam-macam lah. Kita dituntut harus banyak sabar dengan segitu banyaknya karakter mulai dari yang julid, sampai ke yang mengganggu. Itulah sebab awalnya aku berpikir jadi seorang leader itu tidak seindah atau sekeren yang dibayangkan orang-orang. Keren karena mereka pikir leader itu tinggal memerintah saja. Padahal? Hakikat aslinya untuk membimbing anggotanya agar bisa lebih baik lagi. Sama kayak ngurus anak (padahal belum punya anak), tanggung jawabnya besar. Title jabatan memang tidak dibawa mati namun hasilnya? Pasti ditanya. Apa saja yang sudah dilakukan selama menjabat, bagaimana tanggung jawab terhadap profesi kita. Apalagi kita sudah disumpah setelah lulus menyebut “Demi Allah di depan Al-Qur’an”  bahwa kita akan memberikan pelayanan sebaik-baiknya, tidak membocorkan rahasia/merugikan pasien, dsb. Coba…. gimana tidak berat.

***

Faktor ke 2 Pembuat SOP sulit untuk konsisten.

Aku juga sambil belajar mengenai hal ini. Karena ini lebih sulit dari faktor pertama. Dari sini kita dilema banget, seringkali orang-orang belum bisa menaati walaupun itu semua tergantung individunya. Karena akan lebih terasa berat jika kesalahan itu bersumber dari diri kita. Kalau dari keegoisan karyawan setidaknya kita sudah berusaha maksimal tetapi jika memang belum bisa konsisten, maka hal tersebut sudah diluar kemampuan kita, dan menjadi tanggung jawab atasan langsung jika terjadi sesuatu.

Tapi kalau itu bersumber dari diri kita? Ya sambil berjalan jika ada yang berbau melanggar tetap harus kita ingatkan jangan merasa tidak enak. Aku pernah merasa begini, namun lama – kelamaan itu tidak baik menurutku karena aku sudah membiarkan orang lain tidak sejalan. Jadi leader tidak boleh merasa tidak enakan, karena itu akan dimanfaatkan orang lain untuk melakukan hal seenaknya saja, tapi jika sesuatu terjadi maka berimbas kepada divisi kita.

 

By :
Free Blog Templates