Empat bulan menganggur setelah bekerja freelance. Yaitu program penelitian
kesehatan dari pemerintah. Akhirnya aku
berlabuh juga di suatu perusahaan pembiayaan mobil terbesar di Indonesia.
Aku selalu mengikuti test kerja dimana
pun. Tidak memandang sesuai atau tidak dengan latar pendidikanku. Saking
butuhnya pekerjaan itu. Karena diriku merasa malu (jujur) belum bekerja
lantaran memang belum waktunya Allah kasih pekerjaan yang terbaik untukku.
Disamping itu, uang saku juga sudah mulai menipis.
Di rumah aku selalu menghabiskan waktu
membantu mama membereskan rumah, membaca novel atau menulis artikel yang
mungkin receh menurut pembaca, kalau seandainya pembaca suka ya alhamdulillah.
Cita-cita .... sebenarnya sedari SMA aku
ingin jadi Ahli Gizi. Biaya kuliah tidak
semahal dokter, namun masih tetap bisa bersentuhan dengan pasien.
Aku senang memberikan konsultasi,
diskusi mengenai orang yang sedang ingin menurunkan/menaikkan berat badan dan memperbaiki
pola makannya. Meskipun badanku kurus, hehehe. Tapi maaf ini sudah perawakan
dari ayahku. Jadi kau tidak bisa lagi bilang bahwa aku “kurang gizi” jika
seandainya lihat sendiri porsi makanku seberapa.
Tidak mengapa saat ini aku bekerja di
suatu perusahaan yang amat menuntutku untuk belajar hal baru. Meskipun sangat
jauh dari bidang yang aku pelajari selama kuliah. Tapi, bukan berarti aku gak
bisa. Hanya saja, butuh waktu yang tidak sebentar untuk beradaptasi dengan jobdesk dan lingkungan
kerjanya.
Sedikit-sedikit aku mulai paham. Namun
belum menguasai.
Sekedar sharing aja. Bekerja dengan
jabatan yang jauh dari bidang bukanlah perkara yang mudah.
Seringkali aku keteran, dan lupa karena
saking banyaknya pekerjaan itu. Ditambah lagi, belum lama aku kerja disana,
baru sebulan. Alias belum ada apa-apanya. Sudah kucatat hal mengenai sistem
dalam pekerjaan maupun suatu hal yang baru agar tidak lupa. Tapi masih tetap
saja, aku sering sekali lupa. Belum selesai satu pekerjaan, sudah datang banyak
pekerjaan lainnya.
Aku amat menyadari, bahwa aku sendiri
belum bisa memanage pekerjaanku. Yang datangnya tidak hanya dari dalam. Tapi
dari luar juga.
Sungguh berbeda dengan pekerjaanku waktu
di Rumah Sakit (PKL).
Sesulit-sulitnya kendala saat itu,
dengan tekanan dari kepala instalasi gizi tentunya. Aku masih bisa mengerti dan
cepat paham. Dimana kesalahanku. Lantas, cepat memperbakinya hingga tuntas targetku
tercapai.
Mungkin ini yang dinamakan tantangan.
Dunia kerja itu amat keras. Tugas kuliah yang sulit, coretan skripsi belum ada
apa-apanya. Terlebih aku bekerja tidak sesuai dengan latar pendidikanku.
Melalui hal ini, aku belajar. Bahwa
semakin bertambahnya umur, semakin banyak ujian yang lebih berat dari-Nya.
Sekarang, bagaimana caranya agar bisa sabar dan menjalani semuanya dengan
ikhlas. Apapun masalahnya, bagaimana pun tekanannya. Ingat saja. Allah tidak
akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hamba-Nya.
Namun, aku tetap bersyukur, bisa
bergabung dalam perusahaan itu. Banyak ilmu dan nilai kehidupan yang bisa aku pelajari dari sana. Minimal aku juga sudah gak merepotkan orang tuaku
lagi mengenai biaya. Aku akan tetap berusaha untuk belajar,
lebih baik dari sebelumnya.
Walaupun ayahku masih produktif bekerja
di suatu BUMN (Perusahaan Percetakan Uang). Sekarang saatnya kini aku
menunjukkan kepada orang tuaku bahwa aku alhamdulillah sudah bisa mencari uang
sendiri. Membuat mereka bangga.
Meskipun jasa mereka gak akan bisa penuh
terbalaskan seumur hidup.
Tentunya aku sangat bersyukur mempunyai
kedua orang tua yang amat mengerti.
Tidak menuntut aku harus kerja ini itu.
Doa mereka telah sampai dan diijabah oleh-Nya.
Tanpa mereka aku tidak akan bisa jadi seperti ini. Jadi sekuat sekarang.
Sumber gambar : www.google.com