Awal
mulanya, kertas tebal itu menemaniku ketika
hendak pergi ke Cikarang. Yaa…. ke rumah calon kaka iparku, dengan
tujuan silaturahmi. Setelah sekian lamanya tidak berjumpa. Sebelumnya, rencana
ini sudah diagendakan saat pra lebaran Idul Fitri. Namun situasi kondisi baru memungkinkan
kami untuk saling bertemu pada hari Minggu, 19 Juli 2020.
Posisiku ada di Stasiun Kranji (Berangkat dari Bekasi). Kubuka
segelnya dengan sangat hati-hati. Sembari menunggu kereta tujuanku : Jakarta Kota-Cikarang hingga sampai di stasiun Cikarang lalu dijemput oleh Mas Arif (calon suamiku).
Sebelumnya, aku telah menyelesaikan sebuah buku dengan judul Mockingjay.
Trilogi dari The Hunger Games Series, yang cukup membuatku terhibur berkat
imajinasi dan fantasy yang tidak mungkin. Namun, ketidakmungkinan itulah yang
membuat pembaca menjadi tertarik akan kelanjutannya hingga final.
Kali ini,
aku akan me-review buku Best Seller dari
penulis asal Inggris PAULA HAWKINS.
Deskripsi
Buku
Judul :
Into the Water
Penulis : Paula Hawkins
Penerjemah : Inggrid Nimpoeno
Penyunting : Yuli Pritania
Penerbit : PT. Mizan Publika
Jumlah hal : 476
Genre : Mistery-Thriller
Cetakan
pertama, September 2017
Aku tertarik
membeli buku ini setelah melihatnya terpampang jelas di toko buku online dari
penerbitnya langsung (Mizan Jakarta). Selain mudah didapat, harganya juga lebih murah dan sudah pasti original. Cukup merogoh kocek
Rp. 50.000 plus ongkos kirim Rp. 11.000.
Singkat cerita,
ada seorang penulis (Danielle/Nel Abott)
meninggal di Kolam Penenggelaman yang bernama Beckford. Mitosnya, tempat
itu merupakan perantara untuk mengungkapkan keputusasaan, kesengsaraan yang
entah bagaimana bisa korban-korban disana semuanya adalah perempuan. Meninggal.
Iya. Mereka tewas secara mengenaskan, ada yang karena tenggelam, ataupun tubuh
terluka karena menghantam tebing. Penyebab pastinya sedang diselidiki oleh detektif
Sean dan Morgan. Mengapa Nel Abott melakukan hal itu? Frustasi? Atau ada
kemungkinan dibunuh?
Tak hanya
itu. Seorang murid berprestasi bernama Katie Whittaker ditemukan tewas di kolam
yang sama. Tidak ditemukan tanda-tanda keputusasaan karena dia dikenal sebagai
murid yang ceria dan disukai semua orang.
Dibalik
kerumitan itu, banyak sekali tokoh-tokoh pengecoh yang mungkin akan membuatmu
menduga secara random. Who? Isn’t a murder? Or self-murder?
***
Seperti
legenda. Kolam itu mengandung banyak mitos yang membuat orang-orang
ber-persepsi bahwa disana adalah tempatnya arwah. Namun, kenyataannya bisa
dibilang lokasi itu jauh dari mana pun, sepi dan cocok untuk menyingkirkan
perempuan-perempuan merepotkan *kata mitos yang beredar. Artinya terdapat masalah
yang berkesinambungan antara kematian dua orang wanita itu dengan semua tokoh
yang dijabarkan dengan baik dalam buku ini.
***
Paula
Hawkins. Aku sudah tidak heran dia sangat apik menyusun buku ini. Profesinya sebagai jurnalis
membuatku kagum akan sikap kritis dan detail pada cerita ini secara menyeluruh.
Penjabaran
tokoh yang mendalam, alur maju-mundur namun jelas dan deskripsi utama The
Water. Kolam penenggelaman yang mengalir bersama mitos urban legendnya.
Apresiasi
sekali karena sudah menciptakan karakter yang begitu variatif, mulai dari Lena Abott
(Putri dari Nel Abott) yang sembrono, tidak beretika, emosional. Jules Abott
(Adik Nel Abott) yang terperangkap dalam rasa bersalahnya karena tidak menerima
telpon pada detik-detik terakhir sebelum Nel tewas, dan masih banyak lagi.
***
Kelebihan
dari buku ini dari segi fisik menarik, berwarna dan terkesan misterius. Isi buku ini
membuatku kecanduan untuk segera menyelesaikannya. Bahasa yang menarik, beberapa
istilah yang menambah wawasan. Alur maju-mundur namun sistematik.
Sedangkan
minusnya, ada tokoh yang dibiarkan hilang
tanpa jejak, padahal dia adalah pemicu salah satu korban bisa sampai melakukan
hal yang tak terduga hingga merugikan dirinya. Jadi ada ending yang
menggantung, dan itu membuatku penasaran, kemana si keparat itu? Dan mau diapakan?
***
For me, buku ini bagus sekali. Rate 9/10 dariku yaaa. Jujur, aku menyelesaikan buku ini
hanya dalam waktu 4 hari. Minggu mulai, Rabu sudah selesai. Karena setelah
mendalami ceritanya, sulit bagiku untuk berhenti atau membiarkan buku ini
terdampar di bawah meja televisiku dan berdampingan dengan buku-buku lain yang
sudah dibaca.
Semoga aku
bisa tetap antusias membaca buku yang lain atau karya Paula Hawkins yang
lainnya seperti The Girl On The Train. Cooming
Soon. Bravo!!