Pagi
itu, aku pergi ke Dinas Kesehatan Karawang bersama teman satu tim yang sudah
berpengalaman dalam kegiatan penelitian sebelumnya (RISKESDAS 2013). Kami mengurus
surat-surat yang harus ditandatangani oleh aparat desa dan pengawas. Sebagaimana
mereka menjadi saksi bahwa tim kami benar-benar turun ke lapangan untuk melakukan
pekerjaan sebagai enumerator (mewawancara dan mendata status kesehatan warga).
Banyak
orang bilang “Wah hebat bisa kerja di Kemenkes”. Namun sungguh, pekerjaan kami
mirip kuproy. Kalau gak tau, itu bahasan tren dari “kuli proyek”. Bekerja untuk
proyek negara, dan menjadi posisi yang paling bawah. Diatas enumerator, masih
ada posisi supervisor, validator dan lain-lain yang jenjang pendidikannya minimal
harus S2.
***
Lokasi
kerjaku yaitu di Cikampek. Lumayan jauh dari rumah. Ada yang di Karawang, tapi Cuma
3 desa saja. Sedangkan 8 desa lain di Cikampek.
1.Lemah
Mukti, 2. Bengle, 3. Sukasari, 4. Sukasari (beda RT), 5. Purwasari, 6. Cikampek
Barat, 7. Cikampek Selatan, 8. Kamojing, 9. Dawuan Tengah, 10. Dawuan Barat dan
11. Majalaya.
Itu adalah desa-desa yang kami data, yang
awalnya terpilih sebagai sampel Susenas (Survei Ekonomi Nasional) yang diadakan
oleh BPS (Badan Pusat Statistik) di Karawang.
Nah jadi, Riskesdas ini kerjasama dengan
Susenas, data-data awal Susenas seperti: status keluarga seperti kepala rumah
tangga/istri/anak, cerai mati/hidup, tanggal lahir, sudah menikah/belum dan
lain-lain nantinya akan kami gunakan untuk keperluan input data disistem
aplikasi yang sudah diinstall pada saat pelatihan. Karena data tersebut penting
sebagai data awal untuk memulai sebelum memasukkan data kesehatan selanjutnya.
Data selanjutnya seperti lingkungan rumah tangga, kesehatan
individu dan lain-lain diinput setelah data Susenas sudah benar-benar valid.
Karena kalau ada yang salah, maka seterusnya akan salah dan akan sulit untuk
diperbaiki. Maka dari itu, harus teliti/check ulang dalam pemasukkan data awal.
Kendalanya, ada beberapa rumah tangga
yang tidak bisa diwawancara karena pindah rumah/tidak bersedia untuk
diwawancara. Hal ini membuat kami harus tepat menyertakan alasan mengapa tidak
diwawancara beserta buktinya (tandatangan kepala rumah tangga/foto rumah jika responden tersebut pindah).
Hmm,,, cukup detail ya?
Rumah tangga yang bersedia diwawancara
mendapatkan uang (titipan dari Kemenkes) untuk menggantikan waktu yang terpakai
oleh kegiatan kami.
***
Lokasi
yang jauh tidak menyurutkan semangatku untuk rajin bekerja. Walaupun harus
bertempur dengan medan jalanan yang cukup ramai dengan mobil truk, container
dan kendaraan besar lainnya. Sangat lelah karena berangkat berangkat pagi
pulang sore/malam. Tapi kusiasati untuk istirahat dan makan teratur agar bisa
fokus selama berkendara dan bekerja.
Alhamdulillah, satu tim yang terdiri dari 4
orang termasuk aku, bisa bekerjasama dengan baik. Meskipun pasti ada masalah
tim maupun antarpersonal yang menjadi bumbu pemanis selama bekerja.
Kekompakan
adalah kunci yang paling penting agar seluruh anggota bisa mengerti satu sama
lain. Tidak membawa masalah personal kedalam tim dan tetap professional.
Oh iya, 4 dari 11 desa yang kami
data juga mengadakan pemeriksaan darah gratis di Puskesmas/Kantor Desa. Khusus
untuk responden yang telah diwawancara dan menyetujui/ttd surat persetujuan
bersedia untuk diperiksa darah. Hanya 3 item pemeriksaan aja: hemoglobin, gula
darah dan malaria.
Acara
pemeriksaan darah tersebut dibantu juga oleh tim dokter gigi/exnumerator
beserta asistennya, dokter umum dan tenaga kesehatan (bidan/perawat).
Pertama,
responden mendaftar di bagian pendaftaran. Yang mengurus pendaftaran ini
enumerator.
Kedua,
warga harus periksa dulu ke dokter umum yang posisinya tepat disebelah meja
pendaftaran. Tujuan periksa ini adalah untuk mengetahui adanya penyakit berat/tidaknya
yang dialami oleh responden.
Ketiga,
kalau dokter sudah mengizinkan untuk periksa darah, maka langsung saja diambil
darah oleh tenaga kesehatan. Darah yang diambil adalah dari pembuluh darah
vena. Apabila darah yang diambil ternyata hanya sedikit, maka harus diulang
sekali lagi. Jika, responden menolak, maka dianjurkan untuk diambil darah
kapiler (yang ditusuk dijari itu lhooo). Waktu pengambilan darah juga dicatat
oleh enumerator.
Kenapa
harus darah vena yang diambil? Karena nanti, darahnya dimasukkin ke tabung,
lalu diproses di mesin centrifuge (mesin darah yang muter-muter). Sampai 10
menit. Terus darah dikeluarin dan diambil serumnya (cairan kuning bening diatas darah yang mengendap) untuk dikirim ke pusat.
Tujuan
pengambilan serum ini sendiri gak tau untuk apa heheheee.. yang tau tindak
lanjutnya cuma orang pusat aja :D
Keempat,
darah responden siap dimasukkan kedalam alat pendeteksi Hb, gula darah, dan
malaria. Hasil pemeriksaan dicatat oleh enumerator yang kemudian akan diinput
kedalam sistem aplikasi biomedis.
Sebelumnya,
enumerator wajib bertanya apakah responden puasa/tidak? Karena penting untuk
pemeriksaan gula darah. Jika responden puasa dan gula darahnya diatas 126 mg/dl
maka diwajibkan minum susu khusus diabetes yang sudah disediakan oleh
enumerator dibagian pembebanan/pemberian larutan tambahan. Sebaliknya, jika
responden puasa dan gula darahnya dibawah 126 mg/dl, maka larutan yang harus
diminum adalah gula monohidrat, kayak gula halus gitu (ini rasanya manis
banget). Nah, pengecualian nih untuk yang punya riwayat diabetes, mau gula darah
puasanya dibawah 126 mg/dl juga tetap dikasih susu khusus diabetes. Karena
memang itu prosedur yang sudah diatur dari pusat.
Tujuan
dari pembebanan untuk mengetahui kadar gula darah sesudah minum larutan selama
2 jam kemudian (2 jam post prandial). Nahh,, nanti kalau hasilnya tinggi,
responden akan dikasih surat rujukan dari dokter untuk ke puskesmas, karena khawatir ada gejala diabetes
yang baru terdeteksi.
Kelima,
responden diarahkan untuk melakukan pemeriksaan gigi. Kecuali yang ikut
pembebanan. Diwajibkan untuk pembebanan dulu, baru periksa gigi. Setelah itu
selesai deh!! Oh iya responden juga dikasih uang loh setelah pemeriksaan
selesai. Enak kaaan, udah gratis dikasih uang lagi :D. Heheee… uang itu amanah
dari Kemenkes.
***
Seperti
itulah pekerjaan enumerator. Capek banget, pusing, harus gesit. Yaa tapi
bayarannya juga setimpal. Inilah lelah yang aku inginkan. Lelah yang bermanfaat
untuk diri sendiri dan orang lain. Menambah pengalaman baru dan mempunyai keluarga
baru.
ADELINA RAMADHANI,
ENUMERATOR RISKESDAS 2018. 02 APRIL – 08 MEI 2018.