Doa
yang salah.
Maksudnya
apa? Apakah ada doa yang tidak baik? Ada. Yaitu.. doa-doa orang yang iri maupun
dengki kepada kita. Dan seiring berjalannya waktu tidak akan pernah terbukti
adanya.
Berikut
adalah penjabaran atas pembuktian doa yang salah tersebut.
Kepadamu
yang syukur-syukur membaca narasi ini. Segera ucapkan istighfar. Karena doa
yang dulu pernah kau utarakan padaku. Berujung pada pembuktian yang nyata dan kebahagiaan.
***
Alhamdulillah..
Kedamaian
hati telah kudapatkan di lingkungan kerja yang sekarang.
Waktu
tiga bulan sudah kuhabiskan di sebuah institusi yang menuntutku harus banyak belajar
hal baru. Tanpa harus menunggu komando dari siapapun.
Beda
halnya, ketika aku bekerja dibawah naungan BOS/SUPERVISOR.
Maka pekerjaanku jelas akan ditekankan untuk dilaporkan kepada mereka.
Menjadi
Kepala Instalasi Gizi adalah sebuah jabatan yang amat menuntutku untuk
bertanggung jawab penuh dalam mengelola Instalasi Gizi dan perihal asupan makan
pasien.
Aku
senang? Senang bisa bekerja sesuai bidang pendidikan. Senang bisa berbaur
dengan orang-orang yang begitu baik serta mempunyai kepedulian tinggi
Senang
bisa dipercaya untuk mengemban amanah yang menurutku sangatlah besar untuk
seukuran diriku, seorang gadis Sarjana Gizi yang sama sekali belum
berpengalaman bekerja sebagai Ahli Gizi Rumah Sakit.
Bayangkan….
Betapa kagetnya.. ketika atasanku (Direktur Utama) menekankan bahwa aku harus
mengelola Instalasi Gizi sebaik mungkin.
Dengan
kosongnya pengalaman. Berbekal kerja keras serta mau belajar.
Alhamdulillah…
bisa diahadapi semuanya. Masalah dapur gizi, pasien semua bisa diatasi tentunya
dengan perlahan, tetap rendah hati dan sabar.
Pengendalian
emosi sangat berperan disini. Dimana aku harus bisa tetap tenang, kapanpun
dalam kondisi apapun.
Dan
aku selalu berusaha menyesuaikan makanan yang sekiranya mampu memenuhi daya
terima pasien dengan cara menanyakan jenis dan bentuk makanan sesuai dengan
kemauan pasien (tentunya sudah sesuai diagnosis pasien dan tidak menyalahi
aturan). Serta menanyakan pantangan/alergi makanan untuk meminimalisisr risiko
kambuh dan mengurangi sisa makanan pasien.
Yaah
memang terdengar rumit. Namun jika dijalani dengan ikhlas dan senang. Maka itu tidak
terasa beban sama sekali.
***
Untukmu
wahai orang yang dulu pernah berkata “MAU
KAMU KERJA DIMANAPUN, KALAU SIFATMU MASIH SEPERTI INI, GAK AKAN BENER JADINYA”.
Apa
sifat yang dimaksud? Sifatku yang pendiam,
jarang bergabung dengan rekan yang tidak ada angin/hujan selalu saja membicarakan
aib/keburukan orang lain, menghakimi orang lain. Kata-kata buruk/sindirian yang
selalu kudengar. Mereka bersikap baik hanya saat meminta tolong saja.
Ketika
tidak butuh. Mulai lagi.
Astaghfirullah
… Beruntungnya Allah memberikan jalan yang sungguh amat tidak terduga.
Menjauhkanku dari orang-orang seperti itu.
Aku
tau. Ada salah seorang yang tidak menyukaiku dikarenakan aku pendiam.
Memang
pada saat itu aku lebih banyak bekerja daripada berbicara. Apalagi untuk
umbar-umbar aib orang.
Dia
mengira aku sombong. Gak mau berbaur.
Salah
seorang teman juga bilang bahwa “JIKA
ADEL TERUS MENERUS KAYAK GITU, MAU KERJA DIMANAPUN JUGA TETAP SAMA AJA”
Baiklah.
Aku sudah mengganggap dia teman yang baik. Tapi cukup ku ketahui, dia telah membicarakanku
di belakang.
Padahal,
aku sama sekali gak pernah menjelek-jelekkan dia kepada siapapun.
Beruntung
aku tidak mempercayainya sebagai teman curhat. Cukup teman biasa saja.
Sebuah
tekad yang kuat dalam diriku yaitu bekerja harus bermanfaat untuk orang lain.
Bukan bekerja di lingkungan yang banyak mudharatnya.
Pendapatan besar jika
lingkungan seperti itu. Tidak akan membawa berkah bagi diriku sendiri. Seperti racun
yang bisa menjalar ke tubuh.
Aku
tidak mau seperti mereka. Jadi diriku sendiri. Selagi tidak merugikan orang
lain.
***
Di
Rumah Sakit ini, aku bisa berbaur cepat dengan rekan-rekan kerja. Mereka amat
baik-baik. Terutama orang-orang manajemen yang pegawainya banyak terdiri dari
ibu-ibu. Mereka welcome sekali. Sifat pasti berbeda-beda. Namun aku bisa
menyesuaikan.
Mereka
gak ada yang berkata kasar, ataupun Bossy. Apalagi sampai memaki bawahan
seperti : Tolol, bego atau otaknya ditaro dimana?. Gak pernah melempar barang
ataupun menggebrak meja.
Alhamdulillah
etikanya baik-baik. Menunjukkan manusia yang berpendidikan.
Sekali lagi, doa dia tidak akan
pernah benar.
Aku
sudah membuktikan, bahwa Alhamdulillah aku tidak pernah kesulitan beradaptasi
dengan rekan kerjaku disini. Diriku tidak mengalami masalah sosial. Melainkan
dulu, lingkungan yang tidak baik sangat tidak membuatku nyaman dan banyak
mudharatnya sehingga aku lebih banyak “diam”.
Allah
akan segera membalikkan doa itu kepada sang “pengujar”. Sebagaimana dia tidak lebih baik daripada orang yang
sudah ia dzalimi.
Semoga
hatinya segera terketuk, karena beberapa orang telah tersakiti akibat lidah
tajamnya.
Hal
ini ku dengar dari beberapa rekan yang sempat berbagi ceritanya kepadaku. Yang masih
ada sangkut pautnya dengan dia.
Hati-hati
dengan lisan. Semoga Allah senantiasa menegurnya dan memberikan pelajaran
sehingga dia berhenti menyakiti hati orang lain dengan mulut tajamnya.
Picture source : google.com