Wednesday 15 May 2019

Doa yang Salah


Doa yang salah.
Maksudnya apa? Apakah ada doa yang tidak baik? Ada. Yaitu.. doa-doa orang yang iri maupun dengki kepada kita. Dan seiring berjalannya waktu tidak akan pernah terbukti adanya.
Berikut adalah penjabaran atas pembuktian doa yang salah tersebut.
Kepadamu yang syukur-syukur membaca narasi ini. Segera ucapkan istighfar. Karena doa yang dulu pernah kau utarakan padaku. Berujung pada pembuktian yang nyata dan kebahagiaan.
***
Alhamdulillah..
Kedamaian hati telah kudapatkan di lingkungan kerja yang sekarang.
Waktu tiga bulan sudah kuhabiskan di sebuah institusi yang menuntutku harus banyak belajar hal baru. Tanpa harus menunggu komando dari siapapun.
Beda halnya, ketika aku bekerja dibawah naungan BOS/SUPERVISOR. Maka pekerjaanku jelas akan ditekankan untuk dilaporkan kepada mereka.

Menjadi Kepala Instalasi Gizi adalah sebuah jabatan yang amat menuntutku untuk bertanggung jawab penuh dalam mengelola Instalasi Gizi dan perihal asupan makan pasien.
Aku senang? Senang bisa bekerja sesuai bidang pendidikan. Senang bisa berbaur dengan orang-orang yang begitu baik serta mempunyai kepedulian tinggi

Senang bisa dipercaya untuk mengemban amanah yang menurutku sangatlah besar untuk seukuran diriku, seorang gadis Sarjana Gizi yang sama sekali belum berpengalaman bekerja sebagai Ahli Gizi Rumah Sakit.

Bayangkan…. Betapa kagetnya.. ketika atasanku (Direktur Utama) menekankan bahwa aku harus mengelola Instalasi Gizi sebaik mungkin.
Dengan kosongnya pengalaman. Berbekal kerja keras serta mau belajar.

Alhamdulillah… bisa diahadapi semuanya. Masalah dapur gizi, pasien semua bisa diatasi tentunya dengan perlahan, tetap rendah hati dan sabar.
Pengendalian emosi sangat berperan disini. Dimana aku harus bisa tetap tenang, kapanpun dalam kondisi apapun.

Dan aku selalu berusaha menyesuaikan makanan yang sekiranya mampu memenuhi daya terima pasien dengan cara menanyakan jenis dan bentuk makanan sesuai dengan kemauan pasien (tentunya sudah sesuai diagnosis pasien dan tidak menyalahi aturan). Serta menanyakan pantangan/alergi makanan untuk meminimalisisr risiko kambuh dan mengurangi sisa makanan pasien.

Yaah memang terdengar rumit. Namun jika dijalani dengan ikhlas dan senang. Maka itu tidak terasa beban sama sekali.
***
Untukmu wahai orang yang dulu pernah berkata “MAU KAMU KERJA DIMANAPUN, KALAU SIFATMU MASIH SEPERTI INI, GAK AKAN BENER JADINYA”.
Apa sifat yang dimaksud?  Sifatku yang pendiam, jarang bergabung dengan rekan yang tidak ada angin/hujan selalu saja membicarakan aib/keburukan orang lain, menghakimi orang lain. Kata-kata buruk/sindirian yang selalu kudengar. Mereka bersikap baik hanya saat meminta tolong saja.
Ketika tidak butuh. Mulai lagi.

Astaghfirullah … Beruntungnya Allah memberikan jalan yang sungguh amat tidak terduga. Menjauhkanku dari orang-orang seperti itu.
Aku tau. Ada salah seorang yang tidak menyukaiku dikarenakan aku pendiam.
Memang pada saat itu aku lebih banyak bekerja daripada berbicara. Apalagi untuk umbar-umbar aib orang.
Dia mengira aku sombong. Gak mau berbaur.

Salah seorang teman juga bilang bahwa “JIKA ADEL TERUS MENERUS KAYAK GITU, MAU KERJA DIMANAPUN JUGA TETAP SAMA AJA”
Baiklah. Aku sudah mengganggap dia teman yang baik. Tapi cukup ku ketahui, dia telah membicarakanku di belakang.


Padahal, aku sama sekali gak pernah menjelek-jelekkan dia kepada siapapun.
Beruntung aku tidak mempercayainya sebagai teman curhat. Cukup teman biasa saja.
Sebuah tekad yang kuat dalam diriku yaitu bekerja harus bermanfaat untuk orang lain. Bukan bekerja di lingkungan yang banyak mudharatnya. 

Pendapatan besar jika lingkungan seperti itu. Tidak akan membawa berkah bagi diriku sendiri. Seperti racun yang bisa menjalar ke tubuh.
Aku tidak mau seperti mereka. Jadi diriku sendiri. Selagi tidak merugikan orang lain.
***
Di Rumah Sakit ini, aku bisa berbaur cepat dengan rekan-rekan kerja. Mereka amat baik-baik. Terutama orang-orang manajemen yang pegawainya banyak terdiri dari ibu-ibu. Mereka welcome sekali. Sifat pasti berbeda-beda. Namun aku bisa menyesuaikan.
Mereka gak ada yang berkata kasar, ataupun Bossy. Apalagi sampai memaki bawahan seperti : Tolol, bego atau otaknya ditaro dimana?. Gak pernah melempar barang ataupun menggebrak meja.

Alhamdulillah etikanya baik-baik. Menunjukkan manusia yang berpendidikan.
Sekali lagi, doa dia tidak akan pernah benar.
Aku sudah membuktikan, bahwa Alhamdulillah aku tidak pernah kesulitan beradaptasi dengan rekan kerjaku disini. Diriku tidak mengalami masalah sosial. Melainkan dulu, lingkungan yang tidak baik sangat tidak membuatku nyaman dan banyak mudharatnya sehingga aku lebih banyak “diam”.

Allah akan segera membalikkan doa itu kepada sang “pengujar”. Sebagaimana dia tidak lebih baik daripada orang yang sudah ia dzalimi.
Semoga hatinya segera terketuk, karena beberapa orang telah tersakiti akibat lidah tajamnya.

Hal ini ku dengar dari beberapa rekan yang sempat berbagi ceritanya kepadaku. Yang masih ada sangkut pautnya dengan dia.


Hati-hati dengan lisan. Semoga Allah senantiasa menegurnya dan memberikan pelajaran sehingga dia berhenti menyakiti hati orang lain dengan mulut tajamnya.


Picture source : google.com

By :
Free Blog Templates