Tuesday 25 December 2018

Cuek itu Perlu


Percaya, sebaik apapun kita. Setiap hal baik yang pernah kita lakukan terhadap orang lain dengan tulus. Jika orang itu memang dasarnya tidak suka, pasti tetap tak akan pernah suka selamanya. Kecuali hidayah yang mungkin senantiasa bersedia  menjemput.
Apalagi kita khilaf melakukan kesalahan? Tambahlah orang yang tidak suka dengan teganya menghujam kata-kata yang tidak jarang bisa menyakitkan hati.
Jadi bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan?
Diam. Itu jauh lebih baik.
Diam bukan karena sombong. Diam bukan karena antisosial. Diam bukan karena gak punya mulut.
***
Maaf. Jika memang mungkin menurutmu, aku orang yang  irit sekali berbicara. Terkecuali dengan orang yang sudah terbiasa berbagi cerita, dan itupun ada manfaatnya. Memberikan energy positif yang bisa membuatku menjadi orang yang lebih baik lagi.
Oke demikian prolog yang mungkin membuat pembaca bertanya-tanya, “apa sih maksudnya?” Hehe. Baik, kita akan masuk ke sesi cerita. Dimana aku akan berbagi pengalaman yang masih berkaitan dengan judul diatas.
***
Alhamdulillah hirobbil alaamiin. Udah hampir 3 bulan aku bekerja di sebuah perusahaan pembiayaan mobil yang tentunya membuatku semakin terpacu dalam mengejar target yang ummm menurutku lumayan butuh strategi yang tidak biasa.
Sedikit merubah kepribadianku. Yang aslinya tidak cerewet dituntut harus cerewet.
Loh kenapa? Karena aku bekerja tidak dengan orang perusahaan saja. Tapi juga dengan orang-orang diluar perusahaan.
Dealer dan biro jasa. Membangun relasi yang erat terhadap pihak luar memang tidak mudah. Apa lagi, aku masih anak yaah bau kencur lah. Belum berpengalaman. Tidak seperti karyawan sebelum aku bekerja yang tentunya jauh lebih lihai dalam urusan pekerjaan yang memang bagian dari jobdesknya.

Tanggung jawab  pada posisi kerjaku memang sangat besar. Bagian vital aset perusahaan. BPKB mobil. Selain itu mengurus STNK dan menagih pembayaran STNK/plat nomor  ke bagian finansial pusat.
Ingin ku ceritakan juga detail jobdesku tapi mungkin gak akan kelar-kelar jadinya. Karena bukan semata-mata input data saja tapi, banyak perintilannya. Mungkin akan ku ceritakan di artikel berikutnya. Insyaallah. Supaya tau aja, gambarannya seperti apa, siapa tau mau lamar juga di bagian BPKB.
***
Aku dipercaya untuk mengisi posisi itu, padahal aku belum ada pengalaman terkait BPKB. Jangankan itu. Sebelum aku kerja juga aku gak tau fisik BPKB kayak gimana. Dalem bukunya ada informasi apa aja.
Pengalamanku sebelumnya adalah kerja di bidang penelitian kesehatan, selanjutnya terjun ke BPKB mobil.
Kalau kata orang-orang sih, loh kok Ahli Gizi ke leasing? Loh kenapa gak kerja di Rumah Sakit aja?
Nah ini yang ku maksud. Bersikap bodo amat itu perlu sesekali. Mereka gak paham, kondisi orang seperti apa. Setiap orang pasti menginginkan kerja sesuai dengan latar pendidikan.
Tapi, kembali lagi. Materi. Gak munafik juga, kita butuh materi untuk hidup sehari-hari. Untuk menabung buat masa depan.
Jika, aku menolak bekerja di leasing ini, apa itu namanya bukan menolak rezeki? Yang sudah ada di depan mata di sia-siakan.

Ya aku gak mau menyesal pada akhirnya. Jadi, aku menerima sambil belajar juga. Walaupun sering banyak kendala/masalah dalam pekerjaan. Tekanan yang cukup wow, mungkin bagi kamu yang sudah/sedang bekerja di perusahaan swasta tau tekanan untuk posisi pendidikan S1 seperti apa, dan terakhir tidak jarang ada omongan tidak enak baik dari lingkungan sekitar atau dimanapun



Tapi ya itu tadi, harus cuek. Omongan gak enak, kalau ada sisi positifnya, ambil, renungkan, perbaiki. Tapi kalau mengandung sisi negatif, tiada makna baik didalamnya, jangan pusing. Tidak perlu diambil hati dan berlalulah. Fokus lagi dengan pekerjaan yang jelas sudah menunggu giliran untuk diselesaikan.
***
Ada beberapa orang komentar, katanya “enak gajinya ya, kalau gitu mau dong kerja disitu”. Padahal aku samasekali gak pernah sebut nominal, entah dia nyeletuk dasarnya darimana. Tapi memang dari segi finansial ya alhamdulillah banget untuk seorang gadis single yang bebas dari tanggungan ini.

Hanya enaknya saja yang ada dipikiran mereka. Lihatnya cuma gaji besar saja. Tanpa tau jobdesk yang dijalani seperti apa. Menurutku sepadan. Tanggung jawab besar, jobdesk juga banyak. Demikian bayarannya juga.
Jadi, cuek itu terkadang perlu ya. Omongan orang yang sebenarnya gak penting, atau malah sengaja ingin bikin down.
Kata-kata kasar/menyakitkan hati  yang mungkin pernah dialami di lingkungan kerja atau dimanapun.
Anggap saja angin,, wuusssshhh... Hanya numpang lewat.
***
Jangan sesekali membalas atau menyumpah. Tunjukkan bahwa sifat kita tidak seperti itu. Bicara cukup yang baik-baik aja. Kalau gak bisa mending diam. Kalau keceplosan atau khilaf, istighfar.
Bukan sok suci ya. Aku juga pernah pasti sadar/tidak keceplosan berbicara yang  gak baik saking keselnya. Tapi setelah itu ada perasaan menyesal, dan kenapa harus begitu? Malu juga, masa orang berpendidikan ngomongnya gak baik. Jadikan pelajaran.
Jangan lupa. Berterimakasih lah dengan mereka. Karena kalau kita gak diperlakukan seperti itu, belum tentu kita bisa sekuat sekarang.

Picture source:  Epidose 461 - I don't care (and neither should you) on google.

By :
Free Blog Templates