Percaya, sebaik apapun kita. Setiap hal baik yang
pernah kita lakukan terhadap orang lain dengan tulus. Jika orang itu memang
dasarnya tidak suka, pasti tetap tak akan pernah suka selamanya. Kecuali
hidayah yang mungkin senantiasa bersedia
menjemput.
Apalagi kita khilaf melakukan kesalahan?
Tambahlah orang yang tidak suka dengan teganya menghujam kata-kata yang tidak
jarang bisa menyakitkan hati.
Jadi bagaimana? Apa yang bisa kita
lakukan?
Diam. Itu jauh lebih baik.
Diam bukan karena sombong. Diam bukan
karena antisosial. Diam bukan karena gak punya mulut.
***
Maaf. Jika memang mungkin menurutmu, aku
orang yang irit sekali berbicara.
Terkecuali dengan orang yang sudah terbiasa berbagi cerita, dan itupun ada
manfaatnya. Memberikan energy positif yang bisa membuatku menjadi orang yang
lebih baik lagi.
Oke demikian prolog yang mungkin membuat
pembaca bertanya-tanya, “apa sih maksudnya?” Hehe. Baik, kita akan masuk ke sesi
cerita. Dimana aku akan berbagi pengalaman yang masih berkaitan dengan judul
diatas.
***
Alhamdulillah hirobbil alaamiin. Udah
hampir 3 bulan aku bekerja di sebuah perusahaan pembiayaan mobil yang tentunya
membuatku semakin terpacu dalam mengejar target yang ummm menurutku lumayan
butuh strategi yang tidak biasa.
Sedikit merubah kepribadianku. Yang aslinya
tidak cerewet dituntut harus cerewet.
Loh kenapa? Karena aku bekerja tidak
dengan orang perusahaan saja. Tapi juga dengan orang-orang diluar perusahaan.
Dealer dan biro jasa. Membangun relasi
yang erat terhadap pihak luar memang tidak mudah. Apa lagi, aku masih anak yaah
bau kencur lah. Belum berpengalaman. Tidak seperti karyawan sebelum aku bekerja
yang tentunya jauh lebih lihai dalam urusan pekerjaan yang memang bagian dari
jobdesknya.
Tanggung jawab pada posisi kerjaku memang sangat besar. Bagian
vital aset perusahaan. BPKB mobil. Selain itu mengurus STNK dan menagih pembayaran
STNK/plat nomor ke bagian finansial
pusat.
Ingin ku ceritakan juga detail jobdesku
tapi mungkin gak akan kelar-kelar jadinya. Karena bukan semata-mata input data
saja tapi, banyak perintilannya. Mungkin akan ku ceritakan di artikel
berikutnya. Insyaallah. Supaya tau aja, gambarannya seperti apa, siapa tau mau
lamar juga di bagian BPKB.
***
Aku dipercaya untuk mengisi posisi itu,
padahal aku belum ada pengalaman terkait BPKB. Jangankan itu. Sebelum aku kerja
juga aku gak tau fisik BPKB kayak gimana. Dalem bukunya ada informasi apa aja.
Pengalamanku sebelumnya adalah kerja di bidang
penelitian kesehatan, selanjutnya terjun ke BPKB mobil.
Kalau kata orang-orang sih, loh kok Ahli
Gizi ke leasing? Loh kenapa gak kerja di Rumah Sakit aja?
Nah ini yang ku maksud. Bersikap bodo
amat itu perlu sesekali. Mereka gak paham, kondisi orang seperti apa. Setiap
orang pasti menginginkan kerja sesuai dengan latar pendidikan.
Tapi, kembali lagi. Materi. Gak munafik
juga, kita butuh materi untuk hidup sehari-hari. Untuk menabung buat masa
depan.
Jika, aku menolak bekerja di leasing
ini, apa itu namanya bukan menolak rezeki? Yang sudah ada di depan mata di
sia-siakan.
Ya aku gak mau menyesal pada akhirnya.
Jadi, aku menerima sambil belajar juga. Walaupun sering banyak kendala/masalah
dalam pekerjaan. Tekanan yang cukup wow, mungkin bagi kamu yang sudah/sedang
bekerja di perusahaan swasta tau tekanan untuk posisi pendidikan S1 seperti
apa, dan terakhir tidak jarang ada omongan tidak enak baik dari lingkungan
sekitar atau dimanapun
Tapi ya itu tadi, harus cuek. Omongan
gak enak, kalau ada sisi positifnya, ambil, renungkan, perbaiki. Tapi kalau
mengandung sisi negatif, tiada makna baik didalamnya, jangan pusing. Tidak
perlu diambil hati dan berlalulah. Fokus lagi dengan pekerjaan yang jelas sudah
menunggu giliran untuk diselesaikan.
***
Ada beberapa orang komentar, katanya “enak
gajinya ya, kalau gitu mau dong kerja disitu”. Padahal aku samasekali gak
pernah sebut nominal, entah dia nyeletuk dasarnya darimana. Tapi memang dari
segi finansial ya alhamdulillah banget untuk seorang gadis single yang bebas dari tanggungan ini.
Hanya enaknya saja yang ada dipikiran
mereka. Lihatnya cuma gaji besar saja. Tanpa tau jobdesk yang dijalani seperti
apa. Menurutku sepadan. Tanggung jawab besar, jobdesk juga banyak. Demikian
bayarannya juga.
Jadi, cuek itu terkadang perlu ya. Omongan
orang yang sebenarnya gak penting, atau malah sengaja ingin bikin down.
Kata-kata kasar/menyakitkan hati yang mungkin pernah dialami di lingkungan
kerja atau dimanapun.
Anggap saja angin,, wuusssshhh... Hanya numpang lewat.
Anggap saja angin,, wuusssshhh... Hanya numpang lewat.
***
Jangan sesekali membalas atau menyumpah.
Tunjukkan bahwa sifat kita tidak seperti itu. Bicara cukup yang baik-baik aja.
Kalau gak bisa mending diam. Kalau keceplosan atau khilaf, istighfar.
Bukan sok suci ya. Aku juga pernah pasti
sadar/tidak keceplosan berbicara yang
gak baik saking keselnya. Tapi setelah itu ada perasaan menyesal, dan
kenapa harus begitu? Malu juga, masa orang berpendidikan ngomongnya gak baik. Jadikan
pelajaran.
Jangan lupa. Berterimakasih lah dengan mereka.
Karena kalau kita gak diperlakukan seperti itu, belum tentu kita bisa sekuat
sekarang.
Picture source: Epidose 461 - I don't care (and neither should you) on google.