Saturday 28 March 2020

Rongga yang Terisi




Rongga yang merupakan suatu tempat “sesuatu” untuk keluar masuk. Tanpa pintu. Tanpa sanggahan.
Namun dibagian depannya ada “Rem”. Untuk menentukan mana yang bisa masuk?
Bisakah kau menebak? Apa yang sedang kubicarakan? Melalui  layar yang tadinya putih bersih ini kemudian sekarang tidak lagi.
Oh maaf kalau terlalu berlebihan, tapi sungguh menulis bukanlah hal yang mudah. Coba saja kau rangkai satu kalimat, yang menunjukkan suatu gagasan, atau apapun yang ingin kau sampaikan. Menulislah. Mulai sekarang, mulai hari ini.
***
Hai bagaimana kabarmu? Sungguh baikkah?
Semoga kau, kau dan kau-kau yang lain baik-baik saja ya.
Aku lupa? Sungguh tidak akan pernah. Tidak perlu seisi dunia tahu bahwa, dulu kau pernah jadi bagian dalam rongga ini.
Rongga yang dulu sempat terisi.
***
Ragu, tidak yakin, mencoba berkali-kali untuk membuka rongga ini, satu, dua, tiga orang yang mencoba mengisi. Namun tiada satupun diantaranya yang berhasil benar-benar menetap.
Sebelumnya, satu orang berhasil menetap. Kala itu tahun 2017. Bersemi dihati namun sebenarnya kosong.
Siapa yang kosong? Dia.
Dan siapa yang bodoh? Saya. Tepat sekali
Bagai bunga yang layu dan mati karena tidak dijaga oleh pemiliknya.

Kau tahu bucin? Iya itu aku. Dulu. Aku geli, ingin memaki diriku sendiri. Wanita yang senang dengan type lelaki pendiam, tapi tidak jago menerawang respon laki-laki itu sendiri.

Terima kasih. Kalau aku tidak bodoh, aku tidak akan pernah belajar. Kalau gak pernah dapat nilai jelek, aku tidak akan pernah ada keinginan untuk memperbaiki.
***
Setelahnya, seseorang mencoba masuk lagi, kali ini. Mempunyai kesamaan hobby, tapi jujur, tidak  ada sedikit pun perasaan yang berbeda. Murni, hanya ingin berteman saja, tidak lebih.
Walaupun kasihan. Tapi… lebih kasihan lagi kalau dia tidak tahu bahwa aku sama sekali tidak mencintainya.
Jujurlah. Walau menyakitkan.
Terakhir…. Seseorang yang baik sekali hatinya, namun sangat kusayangkan. Lagi-lagi aku tidak bisa membalas perasaannya. Beberapa kali, ku mencoba membuka hati untuknya, namun nihil, tiada chemistry sama sekali.
Aku membuatnya mundur. Maaf. Tapi ini harus. Kejarlah dia. Dia yang tulus menerima dirimu. Tapi bukan aku. I’m sorry.
Sungguh sulit sekali rongga ini terisi lagi dan ada yang menetap disini. Di relung hati seorang wanita yang keras kepala, dan banyak keinginan serta cita-citanya.
***
17 April 2019.

AM. Begitulah inisial namanya.  Apakah kau pikir aku menyukainya? Santai dulu saja.  Awalnya tidak. Tidak sama sekali. Hanya berteman biasa. Via chat.
Good man, asik, sedikit pendiam.
Tidak banyak hal yang bisa aku deskripsikan tentang dia saking sulitnya untuk diungkapkan. Apakah dia pria selanjutnya yang mengisi rongga ini?
Tidak kepikiran sama sekali, aku hanya mengganggapnya “teman”, tanpa berharap sedikitpun untuk menjadi “lebih”.
Karena rongga ini sudah terbiasa beradaptasi dengan lawan jenis sampai ku bosan sendiri. Bahkan kalau keluar masuk lagi, it’s ok. Mungkin dia bukan yang terbaik.
Sudah terbiasa sendiri lebih baik.

Tapi…… tidak disangka-sangka si mas AM ini, berani sekali mengungkapkan kata-kata yang tidak biasa.
Yang tidak pernah diucapkan oleh laki-laki sebelumnya.
Pertemuan ke-3 : “De, aku mau serius sama kamu”. Aku masih biasa saja, dan menanyakan apa maksudnya. Dia menjelaskan, ingin mempunyai hubungan khusus, lebih dari sekedar teman dan serius untuk merencanakan masa depan bersamaku.

Wow, dalam hati “gerak cepat sekali ini mas AM” Aku sampai bingung, padahal aku belum mencintainya, perasaanku masih dalam level tertarik saja.
Jawabanku IYA. Dan kami pun sepakat untuk menjalin hubungan lebih dalam, mengenal karakter satu sama lain.

Kemudian, selepas lebaran 2019, aku diajak bertemu keluarganya dimana saat itu aku adalah wanita pertama yang berkunjung ke rumah keluarganya.
Tidak lama kemudian, tanggal 02 Februari 2020, mas AM melamarku, sebelumnya dia sudah bilang ke orang tuaku bahwa ingin melaksanakan niat baiknya yang tidak disangka-sangka dalam waktu dekat itu.
Terharu?? Iya. Jujur. Perkenalan yang terbilang singkat, yang sama sekali tidak terpikirkan bahwa dia orang yang pertama kali bilang serius didasarkan dengan tindakan yang nyata.
Orang yang selama ini aku harapkan disetiap doaku kepada-Nya tanpa kutahu sebelumnya.
Ternyata dia. Orang yang sama sekali belum pernah kukenal sebelumnya. Orang yang kucari selama ini.
Rencana beberapa bulan lagi kami akan menikah. Insyaallah.
Semoga dilancarkan sampai hari H.
Kini rongga itu sudah terisi, insyaallah jika Allah berkehendak dia akan menetap selamanya disini. ~~
Apapun yang terjadi dulu, dengan orang yang sebelumnya, aku tidak akan pernah lupa untuk dijadikan pelajaran berharga, jujur sudah move on total, bahkan jauh sebelum aku mengenal mas AM. Terima kasih. Kehilangan itu telah mempertemukanku dengan dia, Mas AM ~~

 (Aku dan Mas AM)

Wednesday 4 March 2020

Apalah Arti sebuah "TITLE"




Boleh jadi, pendidikan yang sudah kita tempuh selama kurang lebih 3, 4 bahkan 6 atau 8 tahun adalah suatu perjalanan yang amat membanggakan diri ini.
***
Segala permasalahan akademik, tugas mulai dari yang mudah, sedang, sulit, amat sulit, menampar jiwa sampai membuat kita hampir putus asa bisa kita taklukan dengan baik.
Terlewati sudah semuanya.
Andaikan suatu hari, datang suatu niat untuk melanjutkan perjalanan itu sampai ke tingkat yang lebih tinggi lagi, bergetarlah sudah ambisi, ingin mencari ilmu? Atau hanya sekedar title?


Ilmu apapun, merupakan tanggung jawab pemilik untuk diamalkan, dimanapun dia berada.
Namun bukankah itu tidak semudah teori yang sekian detik saya ucapkan?
***
Bekerja di tempat bonafide, dengan gaji yang fantastis adalah impian semua orang, namun tekanan, risiko yang diambil bukanlah suatu hal yang main main pula harus kita terima segala bentuk rupa, jelek beserta tidak enaknya.
Bahkan terkadang tidak sesuai bidang pendidikan.

Enjoy? Tidak jadi masalah. Ilmu bisa diamalkan dimana saja, kepada siapa saja.
Asal yang disampaikan bisa bermanfaat bagi sesama.
Title hanyalah title. Penghargaan dalam bentuk tulisan nama belakang, hasil kerja keras dari bidang akademik.
Bukan soal seberapa banyak sarjana yang pekerjaannya tidak sesuai dengan title, tapi apalah arti sebuah title kalau perilaku  tidak mencerminkan seseorang yang berpendidikan?

Seseorang yang selalu merendah, menghargai orang lain yang  pendidikannya tidak seberuntung kita, tidak mencaci maki.

Apalah arti sebuah title? Kalau ilmunya tidak dibagikan kepada sesama? Rekan kerja? Ingin pintar sendiri.

Apalah arti sebuah title? Kalau hanya pendidikannya saja yang nambah, tapi perilakunya masih kalah jauh dengan orang yang sekolahnya tidak tinggi.

Tiada berarti.


Orang yang sungguh berpendidikan yaitu semakin ia dipuji semakin pula ia merendah, 

Semakin ia dihina, semakin kuat motivasi untuk maju,

Semakin ia dijatuhkan, semakin tinggi rasa ingin membuktikan bahwa ia mampu,

Pemikiran yang cerdas diiringi dengan sikap dan perilaku yang seiring berjalannya waktu semakin membaik.

“TITLEMU BUKAN JAMINAN PERILAKUMU”

Title sarjana, magister, doktor, tidak berarti baik bagi seseorang yang tidak pernah ingin memperbaiki kesalahan, atau tidak peduli dengan sikapnya yang selalu merendahkan seseorang.

ITU HANYALAH TITLE KOSONG~~

Picture source : voxpop.id

By :
Free Blog Templates