Terdengar begitu mengerikan tetapi justru tindakan tersebut lebih efektif dan cepat dibandingkan dengan mengonsumsi obat. “Gimana del? Apa mau dikuret aja?”
“Jangan dok, saya lanjutkan obatnya saja”. “Tapi
obatnya gak boleh putus lagi ya, karena kalau putus pasti efeknya perdarahan
lagi dan harus diulang”.
Teringat keteledoran yang begitu membekas dalam
ingatanku. Hanya lupa satu tablet saja, setelahnya perdarahan cukup banyak
terjadi keesokan harinya.
Bagi tenaga kesehatan pasti sudah sangat paham dengan
diagnosis PUA, yaitu sesuatu yang aku alami beberapa bulan lalu.
PUA yang ternyata sudah terjadi saat diriku masih
gadis. Namun baru terdeteksi setelah menikah. Apa itu salahku? Tentu saja
bukan. Melainkan ini takdir dari-Nya. Sebuah keistimewaan yang Dia berikan
kepadaku agar aku menjadi manusia yang lebih sabar terutama menanti hadirnya
keturunan. Apakah suamiku menuntut untuk mempunyai keturunan segera? Tidak.
Kesadaran sepenuh hatilah yang menuntunku untuk
memeriksakan diri dan menjalani terapi dengan semestinya.
Sembilan bulan kami menikah. Delapan bulan pula aku
menanti kestabilan kondisi kesehatanku dan akhirnya….
“Kamu ada bakat PCOS (Policystic Ovarium Syndrome)
del, tapi rahimnya bersih dari kista gak ada tumor semacamnya, cuma ini aja
penebalan dinding rahim diatas batas normal soalnya hormon kamu gak seimbang
harus dikikis, karena itu yang menghalangi pembuahan”. “Apakah saya kemungkinan
besar masih bisa hamil dok?”. Bisa kok, emang udah berapa bulan nikah?”.”Tujuh
bulan dok”. “Oh, baru juga tujuh bulan, tenang aja”.
Perasaanku 50 : 50 saat itu. Rasa lega dan takut. Jadi
ini penyebab haidku tidak teratur dari gadis. Aku pernah memeriksakan itu ke
dokter handal di Rumah Sakit bonafid DKI Jakarta tapi hasilnya? Tidak ada
apa-apa. Mereka mengatakan hanya hormonku saja yang tidak seimbang dan hanya
diberikan obat-obatan.
Semenjak itu, aku tau penyebab kenapa waktu gadis
hasil pemeriksaan menunjukkan aku baik-baik saja.
Hal itu disebabkan karena dulu aku tidak melakukan
pemeriksaan transvaginal yaitu tindakan dimasukkannya sebuah alat ke bagian
dalam vagina. Waktu itu hanya periksa USG saja. Aku masih perawan jadi tidak
boleh dimasukkan apapun karena bisa merusak organ vitalku itu.
Sedangkan
setelah menikah aku melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, USG dan
transvaginal. Maka dari itu langsung terdeteksi masalahnya ada dimana.
Bersyukur belum terlambat. Mumpung masih lima bulan menikah, sebelum satu tahun
atau sebelum aku menyesal apabila tidak segera periksa.
***
Beberapa bulan setelah menjalani terapi ………
July on 2021
“Mas, aku kok belum haid sih telatnya lama banget
biasanya telat tuh maksimal 3 hari, perutnya ga enak”. “Ya tunggu aja, kamu kan
emang maju mundur haidnya”.
Sepuluh hari telat haid…
“Kamu udah haid belum?”. “Belum mas”.”Coba periksa
yang, takutnya kenapa-kenapa”.”Apa aku tespack aja mas?”.”Ya udah coba aja”.
Deg-degan sekali rasanya. Memang haidku tidak teratur
tapi selama ini tidak pernah telat sampai 10 hari.
Akhirnya aku memberanikan diri membeli tespack seharga
dua ribu rupiah di apotek. Besok paginya aku test.
Hasilnya….
Garis II. Tapi? Masih samar. Aku garuk-garuk kepala,
emang kalo hamil itu garisnya samar atau nyata? Kata orang-orang sih kalau usia
kehamilannya masih baru memang samar.
Tapi aku ragu karena gak muntah sama sekali, mual
hanya sedikit.
Setelah tespack aku siap-siap mandi dan berangkat
kerja lalu daftar ke dokter obgyn untuk mengecek apakah aku beneran hamil?
***
“Dok ini tespacknya”. Wow, ini mah udah hamil del, ayo
kita cek”. “Wahhh benar ini, itu ada kantong warna hitam udah kebentuk, udah
hamil, janinnya belum ada ya karena usianya
5 minggu, masih kecil banget belum bisa kedeteksi”.”Waduhhh yang benar
dok saya hamil? Alhamdulillah”.”Akhirnya program hamilnya berhasil ya”. “Iya
memang sudah rezeki juga dok”.”Nanti kontrol lagi sebulan kemudian ya”.
Masyaallah ….
Di
rumah
“Bener kamu hamil?”. “Iyaa mas benerrr”.
“Alhamdulillah…”. Suamiku semangat sekali memelukku, dia bahagia sekali.
Aku berteimakasih kepada Allah SWT, bersyukur sekali
masih dikasih kesempatan untuk merasakan nikmatnya kehamilan, awal perjuangan
seorang ibu. Setelah menanti delapan bulan dan
lima bulan aku rutin konsumsi obat. Alhamdulillah ya Allah …
Bulan
depan
“Wahh, janinnya udah kelihatan nih, tuh liat
gerak-gerak dia, lucu ya”.”Ya Allah udah bisa gerak gitu ya dok (geraknya
seperti memantul), alhamdulillah detak jantung, dan organnya tumbuh normal”
***