Banyak orang tua yang
khawatir anaknya kuliah jauh-jauh ke luar kota apalagi sampai kost segala,
terutama anak perempuan.
Friday 29 June 2018
Tips Aman Bergaul saat Kuliah “Jauh” (Di Luar Kota)
at June 29, 2018
Waajarrr bangett… Kekhawatiran
tersebut ada benarnya juga sih, takut anaknya kenapa-kenapa, belum lagi, kalau
tidak terbiasa hidup mandiri. Berasa gak tega orang tua untuk melepasnya.
Nah, bagi yang sudah
mencoba untuk out from the comfortable zone. Kalian luar biasa, udah mau
mencoba hal baru, adaptasi dengan lingkungan baru dan lain-lain.
Beruntungnya, kalian
diizinkan oleh orang tua untuk menuntut ilmu di luar kota dan hidup mandiri
disana. Alhamdulillah. :D
Semoga sukses, lulus
tepat waktu. Aamiin !!
Aku mau kasih tips
supaya pergaulan selama kuliah bisa baik-baik aja. Dalam arti, gak salah gaul/jauh
dari pergaulan bebas.
1. Lempeng
Tau
lempeng? Bukan makanan yang terbuat dari ketan dalemnya isi abon itu yaa, HaHa.
Lempeng disini maksudnya. Netral. Gak usah over kalau bergaul. Maksudnya, kalau
ada teman yang ngajak nongkrong, boleh lah sesekali. Karena, penting juga untuk
kita tahu karakter teman-teman. Semakin banyak teman maka semakin kita tau.
Bahwa kita juga harus menyesuaikan/beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Semakin
banyak bergaul maka semakin kita tahu pergaulan mana yang sesungguhnya
memberikan dampak negative/positif terhadap diri kita.
Tentunya
kita tau dong, ketika ada teman yang ajak nongkrong, mereka ngajaknya kemana? Apakah
cuma ke caffe, mall atau ke tempat” club? Diskotik? Atau nginep-nginep dikosan
lawan jenis bareng-bareng?
Nah
… pasti udah tau sendiri, jelas banget keliatan yang mana yang harus dihindari.
Kalau
udah kepalang mau ikutan, misalkan temannya gak ngasih tau mau kemana. Mending
cancel aja deh! Gak usah ikut kalau tujuannya gak jelas. Menolak secara halus
aja. Ngeles mau ngerjain tugas atau bersih-bersih kosan atau terserah deh
bisa-bisanya kita aja.
3. Teguh pendirian
Ini
yang rada susah. Dirayu dikit, jadi pengen ikutan, apalagi diiming-imingi mau dibayarin.
Hmm berasa labil antara iya atau tidak.
Disini
kita harus bener-bener, tetap teguh dengan pendirian.
Lawan
rasa gak enak sama temen. Jangan takut bilang tidak. Ingat sekali kita ikut, misal ke
tempat gak jelas. Tau-tau dibawa ke tempat yang gak seharusnya. Contoh: ke
rumah teman, ternyata disana ada banyak bir atau ke tempat karaoke yang menyewa
perempuan.
Kalau
udah kepalang terlanjut ikutan, besok-besok gak usah ikut lagi, atau kalau
nekat bisa pergi saat itu juga, pura-pura ada urusan mendadak atau apalah.
Karena
sekali kita mau diajak, dan gak bisa nolak, mereka akan terus-terusan ngajak.
4. Jangan mau
kalau diajak hura-hura.
Sering
diajak jalan-jalan ke mall, makan-makan di restoran mahal, atau travelling. Itu
juga gak bagus untuk kondisi keuangan kita yang masih mengalir dari orang tua.
Jika temanmu seperti ini, tolaklah secara halus. Dengan bilang, lain kali aja
ya, atau kapan-kapan deh.
5. Jangan
mengizinkan teman lawan jenis sendirian main ke kost-an dimana kamu juga
sendirian disana.
Selain
mengundang fitnah, ketauhilah ini juga bisa memudahkan setan untuk melancarkan
aksinya. Hhaha. Ehh bener serius loh.
Dilarang
berdua-duaan apalagi di tempat tertutup, kalau dirasa penting mau nugas ya
jangan berdua, ajak teman lain. Atau kalau gak ada temen lagi bisa di ruang
tamu, atau lebih aman diluar aja misal di caffe, perpustakaan atau banyak
tempat nyaman yang lain kok.
Bagi
yang pernah ditawarin ikut pengajian tapi gak jelas. Bukan kegiatan dari
kampus. Aku saranin banget jangan mau!
Pernah
anak temen papaku, ikut suatu pengajian yang gak jelas, tau-tau dia jadi
berubah. Pulang ke rumah minta uang terus. Gak jelas habisnya untuk apa.
Ternyata uangnya dikasihin ke lembaga yang gak jelas itu.
Masih
mending cuma uang aja yang habis. Kalau kena pencucian otak gimana?
Naudzubillah. Akal, jiwa, akidah semua hilang. Bisa jadi pengikut aliran sesat dan
menjadi pembangkang orang tua. Aku berharap semoga pembaca jangan sampai ada yang kayak gini ya. :”
Seperti inilah
tips-tips aman bergaul saat kuliah diluar kota versi aku, karena aku juga
dulu pernah kuliah diluar, jauh dari orang tua. Alhamdulillah.. Sampai sekarang
banyak banget hikmah yang bisa diambil.
Semoga Allah selalu
melindungi kita semua dari kemudharatan. Aamiin..
So kalau kalian punya
tips lain sekalian kritik dan saran boleh share di kolom komentar ya :D
Thursday 21 June 2018
Pertanyaan Maut
at June 21, 2018Wah masih suasana lebaran ya ini, tepatnya H + 6 Hari Raya Idul
Fitri 1439 Hijriah. Dari judul, pastinya udah pada bisa nebak kan, aku mau
nulis apa? Hehehe …. Kalau ada yang belum tau, tenang aja. Nanti aku uraikan
lengkap disini. Apa aja sih pertanyaan maut itu?
Silaturahmi pada saat lebaran memang sudah menjadi tradisi setiap tahun.
Baik bagi umat muslim maupun nonmuslim. Libur panjang memang waktu yang tepat
untuk mengisi waktu dengan jalan-jalan, ke rumah orang tua atau hanya sekedar me
time di rumah aja.
Bagi yang setiap tahun mudik apalagi kayak kita-kita ini yang udah
diatas 20 tahun ditanyain kapan nikah? Sebelum itu ditanya, kapan lulus? Berapa
IPK-nya? Hahaha. Pengalaman ya? Karena aku juga kemaren waktu mudik ditanyain
begitu.
Well itu sebenarnya, bentuk kepedulian atau kepo? Entahlah. Sampai
segitunya mereka nanyain perkembangan pendidikan atau hidup kita. Sering kita
merasa risih, karena untuk apa ditanya karena belum waktunya untuk ditanya.
Misal seperti kapan lulus? Lah wong kuliah aja baru 3 tahun, ya belum lulus
dong. S1 minimal 4 tahun. Kalaupun udah lebih dari 4 tahun juga kayaknya
kerajinan banget nanya begitu, siapa tau ada kendala dalam akademiknya.
Terus, kapan nikah? Ya belum ketemu sama jodohnya, nanti kalau udah
mau nikah juga dikasih undangannya. Masih banyak pertanyaan lain yang mungkin
lebih menyinggung dari yang diatas.
Perlu kita hati-hati dalam berbicara, meskipun maksud kita gak
seperti itu. Tapi who’s know? Hati orang gak ada yang tau. Mereka mungkin
terlihat biasa aja ketika ditanya, tapi dalam hati? Kalau mereka jadi sedih
gimana?
Nah seperti dari bagan yang aku buat diatas. Orang yang ditanya
bisa aja jadi sedih. Mungkin ada baiknya pertanyaannya diganti kalau memang mau
tau perkembangan hidup teman/saudara kita.
Misal: sekarang kamu semester berapa dik kuliahnya?
Atau, ledekan halus. Cie kemarin jalan sama siapa tuh? Sama pacarnya
ya?
Pacarmu orang mana? Kalau ternyata dia jawab “aku belum punya pacar/calon”
kita baiknya menjawab: oh iya gak apa-apa, fokus kerja/kuliah dulu ya, nanti
juga ada kok jodohnya.
Untuk pertanyaan maut yang lain, kapan punya momongan? Cucu? Sebaiknya tahan dulu aja deh. Mungkin gak jadi masalah kalau pengantin baru. Tapi kalau udah
setahun atau lebih? Kan kasihan ditanya begitu. Siapa tau dia lagi berusaha
program hamil, toh kalo dia hamil juga pasti keluarga dekatnya udah tau duluan dan ngasih tau ke sanak saudara lainnya.
Pun soal perihal kapan nikah? Apalagi kalau udah umur >25 tahun.
Itu udah jelas kita tau belum ketemu aja dia sama jodohnya. Jadi, kenapa harus
ditanya terus?
Apalagi kapan kurus? Yaaah. Itu mah ngeledek namanya.
Kita harus bisa pandai-pandai jaga perasaan orang, apalagi ke
saudara sendiri.
Jadi, jangan sampai acara silaturahmi rusak dengan
pertanyaan-pertanyaan maut itu yaaa.
Wednesday 20 June 2018
Petaka Culas
at June 20, 2018Culas adalah suatu perbuatan tercela
yang bisa merugikan orang lain maupun diri sendiri.
Culas yang dapat merugikan orang lain
pasti kalian udah tau sendiri kan. Mulai dari mengambil keuntungan yang
berlebihan dalam berjualan, menipu, dan perbuatan licik lainnya.
Sedangkan, culas terhadap diri sendiri
yaitu menyontek. Jangan kalian pikir aku orang suci yang gak pernah nyontek. Sungguh
sangat-sangat pernah. Mulai dari SD sampai kuliah semester 3 kalau gak salah.
Disini, aku akan banyak berbagi tentang MENYONTEK sebagai perbuatan culas terhadap diri sendiri. Cheating of Myself/Yourself
Tidak percaya diri? Iya. Itu adalah
salah satu penyebab hasrat ingin menyontek atau bahasa gaulnya kalau orang
sunda mah niron.
Padahal udah belajar, tapi tetap aja gak
percaya sama diri sendiri.
Segala sesuatu yang dosa itu enak. Niron
enak kan? Berasa gak ujian tapi kayak diskusi. Malahan gak usah belajar bisa
dapet nilai bagus.
Nipu orang? Enak juga bisa dapat
keuntungan yang besar. Tanpa harus kerja keras.Ehh tapi bukan berarti aku
pernah nipu ya. Namun realitanya memang tujuan mereka seperti itu.
Dulu waktu aku masih kuliah awal semester,
masih bodo amat mau nyontek juga, cuek aja. Teman-temanku rata-rata juga sama.Demi nilai yang lumayan.
Tapi entah aku dapat ilham atau perasaan bersalah. Hal itu terus menerus menghantui. Seperti ada bisikan.. mau sampai kapan?
Tapi entah aku dapat ilham atau perasaan bersalah. Hal itu terus menerus menghantui. Seperti ada bisikan.. mau sampai kapan?
Kamu begini terus. Kemampuan akademik gak akan maju kalau terus berbuat culas. Nyontek adalah hal sepele tapi
dampaknya gak dirasa bisa merugikan diri sendiri. Yaa.. Aku selalu terngiang
dengan bisikan itu...
Masih mending kalau dosennya gak tau
kita nyontek, tapi kalo tau? Terus negor kita? Malu. Kalau gak ditegor,
tiba-tiba disuruh keluar? Atau dicatat dilembar soal. Nilai tau-tau dikurangin.
***
Akhirnya, aku mencoba percaya dengan
diri sendiri. Caranya : belajar sungguh-sungguh. Tekadkan niat untuk mengerjakan
sendiri. Jangan tergoda lirik-lirik teman sebelah atau buka-buka
handphone/kertas. Walaupun udah jadi kebiasaan. Tapi itu semua bisa dirubah.
Sebelum terlambat.
Tau gak? Pertama kali aku jujur
mengerjakan ujian dengan mengandalkan otak, percaya diri dan doa. Nilaiku masih
jeblok aja tapi gak semua mata kuliah sih. Mungkin kurang maksimal belajarnya
atau gak konsentrasi? Entahlah, pernah aku mengerjakan dengan keadaan sakit. Kepalaku
terasa panas, dan demam luar biasa (gejala typus). Aku mengerjakan ujian dengan
keadaan seperti itu.
Namun, aku tidak menyerah. OK, aku coba
lagi belajar dengan giat, dan lagi-lagi aku mencoba jujur. Gak nyontek sama sekali.
Kali itu aku berhasil, walaupun nilai gak bagus-bagus amat, tapi cukup untuk
mengukur kemampuan akademikku. Jadi, ohh kalau aku belajar segitu hasilnya
segini. Iya iya. Terus dan terus.. rajin belajar, banyak latihan, merangkum, dan memahami
materi berulang-ulang.
***
Akhirnya, Alhamdulillah nilai memuaskan
berhasil kudapatkan dengan kerja keras sendiri.
Saranku, buang kebiasaan buruk itu
segera, jangan sampai mendarah daging seumur hidup. Karena apa? Nyontek sama
aja perbuatan tercela yang membuatmu terus-menerus mengandalkan kemampuan orang
lain dan akan terbawa gak cuma saat ujian, tapi saat mengerjakan tugas apapun. Bagaimanapun
hasilnya, mau jelek juga, terima aja. Kamu lebih menghargai hasil kamu sendiri
daripada culas dengan mengcopy hasil orang lain.
Jadi, kemampuan akademik bisa terukur kalau mengerjakan
dengan jujur. Beda rasanya kalau nyontek, meskipun nilai bagus, tapi gak ada
ketenangan hati dan rasa puas, karena? Kamu mendapatkan sesuatu itu dengan cara
instan, gak ada upaya kerja keras sebelumnya.
Jangan
takut dibilang pelit. Masalah kejujuran dalam ujian itu penting. Dosenku aja
sampai nulis hadist dibagian lembar terakhir soal. Intinya, jangan berbuat
culas, Allah Maha Melihat.
Tuh, sampai diingetin sama dosen.
Kalau temanmu bilang kamu pelit, gak
usah didengar. Memang mereka ikut belajar bersamamu? Memang mereka siapa? Ada
hak untuk mengcopy hasil kerja kerasmu?
Mereka bukan siapa-siapa.
Tolong-menolong dalam kebaikan aja.
Kecuali, sebelum ujian mereka ada usaha
diskusi atau bertanya. Itu berbagi ilmu namanya.
1. Dosa
2. Membuat malas diri sendiri.
Itu
akan terbawa sampai nanti kerja.Kalau bisa lulus karena nyontek dari awal
sampai akhir, nanti akan malu sendiri kalau udah kerja. Apalagi kalaun sampe
skripsinya dibikinin orang lain. Seperti kerja tim, yang dibutuhkan adalah
kerjasama yang baik, kalau kebiasaan mengandalkan orang lain bagaimana bisa
bekerja secara tim? Sedangkan jobdesk pada saat kerja tim bisa berbeda bisa
fleksible.
3.Otak gak berkembang
Pecaya deh, nyontek gak akan membuatmu
jadi pinter.
Sama seperti halnya diriku, yang dulu
sempat sering menyontek, Tapi itu masa lalu yang sudah lama kutinggalkan. Demi masa
depan, demi menjauhi kebiasaan burukku bahkan harus dihilangkan.
Culas kepada orang lain. Sama. Pasti
membawa petaka juga buat diri sendiri. Dosa, gak dipercaya orang, dan pasti
kena akibatnya. Sesuai dengan yang Allah bilang. Sekecil apapun perbuatan pasti
akan ada balasannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)