Saturday 2 May 2020

Cinta setelah Cita-cita


Pro kontra pacaran ketika sudah kuliah.
Kukira rasa penasaranku sudah berakhir. Rasanya ingin tahu pacaran seperti apa, kayak orang-orang, ada teman belajar bareng, bisa seru-seruan bareng dsb. Tapi nyatanya mamaku masih belum deal melepaskan aturannya itu.
Doktrin pun berbeda ketika aku masih sekolah.
Saat kuliah mamaku menegaskan, kalau aku pacaran. Khawatir laki-laki hanya memanfaatkanku saja. Yang artinya hanya main-main tanpa tujuan yang jelas.
Doktrin itu pun membuatku penasaran apa maksud detailnya.
Mama bilang, “Mba sekarang pikir deh, kalau kamu pacaran, jalan-jalan kesana kemari, sama laki-laki, terus orang-orang lihat kamu, apa pandangan mereka? Si adel kan pacaran sama si itu, ah gue segan mau temenan sama dia takut pacarnya marah”
Pergaulan kamu terbatas, sedangkan pada masa-masa itu kamu perlu teman yang banyak, supaya menambah wawasan. Kamu gak mau kan, nanti dikekang kalau punya pacar.
Well, menurutku gak semua laki-laki kayak gitu, itu mah yang posesif aja. Tapi perkataan mama ada benarnya juga. Karena walaupun gak diungkapkan, bisa aja si cowok menyimpan perasaan tidak enak kepada cewenya. Jadi timbulah cemburu nanti lama-lama sakit sendiri.
“Ditambah lagi, kalau kamu putus sama dia, itu si adel kan mantannya ini, dulu suka gini gitu. Meskipun kamu gak pernah macem-macem sama dia, bukan menutup kemungkinan kamu dicap jelek oleh teman-temannya” Karena kita gak pernah tau apa yang diomongin mantan pacar setelah putus. Apalagi posisi dia sakit hati, padahal sebenarnya dia yang brengsek. Begitu kira-kira.
***
Ketahuilah sobat. Orang tua melarang bukan semata-mata tanpa alasan. Pastilah ada sebab akibat yang akan ditimbulkan apabila kita tidak mengindahkan nasihatnya.
Aku tahu dan mengerti sekali ada juga orang tua yang membebaskan anaknya untuk melakukan apa saja termasuk pacaran dengan dalih “yang penting yang wajar aja, gak berlebihan”, itu terserah. Pola asuh pasti berbeda gak mungkin  semua sama. Tapi coba kita lihat dari sisi manfaat. Apakah pacaran selama sekolah memberikan banyak manfaat?
“Seseorang yang kita suka dapat memberikan energy dan semangat, apalagi jika dia selalu ada disisi kita”
Apakah kebahagiaan kita tergantung dengan orang lain?
Apalagi statusnya masih sekedar pacar yang belum tentu nanti pada suatu hari dia akan mutlak menjadi jodoh kita atau kandas.
Mama selalu bilang, bahagia kita bukan tergantung sama gebetan/pacar. Tapi kita ciptakan sendiri. Memangnya kurang apalagi kasih sayang orang tua untuk memotivasi anaknya? Sampai harus membenarkan pacaran dapat memberikan semangat. Mungkin iya, setiap hari terasa indah bagi kami yang menjalani. Tapi doktrin itu selalu berjalan diotakku. Bahwa pacaran dimasa sekolah adalah suatu hal yang dapat mengecewakan mama dan papa.


Harapan mereka yang bergitu besar, ingin aku menjadi orang berguna, pintar, lulus dengan hasil yang baik dan sebagainya, tanpa embel-embel seseorang dibalik itu. Mereka hanya ingin dianggap sebagai satu-satunya penyemangat hidup sang anak.
Bahagia seorang anak bersama orang lain akan ada waktunya ketika menikah. Mendapatkan suami/istri yang baik.
Jauh sebelum ada rencana menikah, aku mengubur harapan dalam-dalam karena mama dan papa tidak akan mungkin kasih izin untuk pacaran.
Pendekatan terhadap lelaki boleh, tapi gak boleh serius dulu sebelum aku bekerja dan mempunyai uang sendiri serta ada laki-laki yang sungguh-sungguh ada niat baik.
***
Dari sekian pengalaman diatas dapat kita ambil hikmah disini. Aku merasakan banyak sekali keuntungan karena selalu mendengarkan nasihat orang tua.
Pertama, proses belajarku tidak pernah terganggu, walaupun dulu pernah disakiti oleh lelaki, tidak ada istilah semangat belajarku turun karenanya.
Kedua, terhindar dari lelaki pembohong dan PHP. Jaman sekarang cowok pengennya dekat-dekat saja tapi gak jelas arah tujuan hubungan mau kemana. Itu salah satu hal mengapa mamaku mendukung sekali aku menjauhi laki-laki seperti itu, karena tidak jelas, dan lagi-lagi kutegaskan “aku bukan tempat singgah untuk bermain-main saja” 
Ketiga, sembari menunggu jodoh yang tepat, aku dimotivasi mama untuk selalu memperbaiki diri dan fokus pada pekerjaan.
Keempat, ketika ada laki-laki yang mendekat, aku bisa menahan perasaan/gak cepet baper. Karena bagiku penting untuk mengenal karakter beserta kekurangannya.
Kelima, ketika laki-laki itu sudah serius denganku. Aku dapat menerima dia dengan sepenuh hati tanpa beban dan terbayang-bayang dengan masa lalu/gak bisa move on. Karena aku gak punya kenangan manis dengan seseorang sebelumnya, dan aku tidak pernah melakukan perbuatan macam-macam dengan lawan jenis. (Alhamdulillah sekarang udah lamaran dan beberapa bulan lagi kami akan menikah.
     Memang selalu ada jalan bagi kita yang mempunyai kemauan keras serta menuruti segala sesuatu nasihat yang baik dari orang tua. Jalanilah, sehingga kamu tidak akan pernah menyesal ;)

2 comments:

Renaldi Ardiansyah said...

Setuju banget sama nasihat mamanya, orang tua jaman sekarang jarang banget yang suka ngasih nasihat kepada anaknya agar jangan pacaran dulu, supaya bisa fokus dengan impian yang ingin kita capai.

My Literation Journey said...

Iya. Krn mama saya dlunya jg ga prnh pcrn jd nyontohin ke anaknya kyk gitu. Dan gak mau anaknta sampe gagal krn alasan konyol (pacaran) hehhee

Post a Comment

Hey! Somebody comment!

By :
Free Blog Templates