Wednesday 27 December 2017

Aku si Gula

     Aku sangat menikmati sekolah di SMA Negeri yang kata orang - orang lokasinya di “pinggiran”, tidak unggul seperti SMA Negeri di kota, tapi aku bersyukur, akhirnya bisa berbaur dengan teman – teman sekelas. Terbesit dalam pikiranku bahwa aku harus berubah, jangan terus – menerus menjadi gadis pemalu yang alhasil menjadikanku kurang pergaulan atau tidak mempunyai banyak teman.
     Semua teman dikelas bersikap baik kepadaku. Ternyata, mereka yang sebelumnya aku anggap nakal, aslinya sangat baik. Kemudian aku ingat, bahwa jangan melihat seseorang dari luarnya saja, tetapi kita harus benar – benar mengenal mereka, karena setiap orang mempunyai karakter yang berbeda – beda. Ini adalah salah satu pembelajaran yang tidak pernah kudapatkan dari semua pelajaran sekolah.
***
      Hingga suatu hari ada orang yang diam – diam menyukaiku, bukan hanya 1 orang saja, tetapi ada 3 orang. Mereka sekelas denganku. Pertama sebut saja Ray, dia nonmuslim. Awalnya, ya seperti biasa, dia meminta nomor handphoneku, ya kupikir hanya sekedar “save” untuk berteman atau bertanya seputar informasi pelajaran. Tetapi dugaanku meleset, dia menyatakan cinta padaku melalui pesan sms. Jelas, aku menolaknya dengan cara halus, tak kusangka dia sangat marah dengan keputusanku dan nama - nama binatang pun memenuhi setengah layar handphoneku. Mulai saat itu aku langsung risih dan rasanya ingin cepat untuk mengakhiri pembicaraan dengannya. Sudah cukup tahu, bahwa orang seperti dia tidak bisa menghargai keputusan orang lain.

      Kedua, Satria. Dia terlihat mencuri – curi pandang dikelas, namun aku membalas dengan melemparkan senyuman kepadanya, dia sangat pintar memikat hati perempuan, akupun pernah menaruh hati kepadanya, hingga dia menyatakan cintanya padaku, lagi – lagi melalui pesan sms, namun aku masih tetap konsisten dengan pendirianku yaitu menolak karena belum mau berpacaran. Satria akhirnya kecewa, namun lama – lama dia mengerti. Tidak lama setelah ku menolaknya, dia sudah menggoda teman sekelasku yang lain, bahkan bukan cuma 1 perempuan. Mulai saat itu, aku berpikir Satria adalah seorang “Playboy”. Huh ada – ada saja kau ya.

      Ketiga, Tama. Dia adalah teman dekat Satria, namun mereka sepertinya bersaing, bukannya aku kegeeran, tetapi terlihat jelas saat aku tidak masuk sekolah karena izin, Satria dan Tama mengirim pesan sms secara bersamaan. Lalu, mereka bertaruh, siapa yang smsnya aku balas duluan, maka dia yang menang. Aku tahu hal ini dari Satria, dia berbicara langsung. Konyol memang.

      Tama baik serta tidak kasar seperti Ray dan tidak playboy seperti Satria. Tetapi, aku samasekali tidak mempunyai perasaan kepadanya. Murni ingin sebatas berteman biasa saja. Tetapi dia terus berusaha mendekatiku dikelas. Saat aku lagi duduk sendirian, dia menghampiriku, mengajak ngobrol. Sampai teman – teman meneriaki kami “Cieee cieee” ramai sekali, dan tentunya cukup membuatku merasa malu dan salah tingkah.
***
      Semester 1 segera berakhir, semua siswa akan segera melaksanakan ujian semester, tempat duduk kami dicampur dengan kelas X- 9 dibagi menjadi dua ruangan. Aku penasaran akan duduk sebangku dengan siapa, namun akhirnya aku sebangku dengan seorang laki – laki bernama Andra. Dia terlihat nakal, selama ujian dia terus memperhatikanku bahkan iseng tanya jawaban ujian kepadaku. Tetapi ternyata dia orangnya baik, walaupun kadang genit tapi dia tidak pernah macam – macam kepadaku dan bicaranya masih sopan.

      Detik – detik mau selesai ujian, ada anak X – 9 (ruangan sebelah) datang ke ruangan tempatku ujian, dia menanyakan keberadaan diriku. Aku sendiri belum kenal dia siapa. Ternyata dia adalah temannya Sony (orang yang juga menyukaiku kelas X – 9 sejak semester 1) Sony tubuhnya tinggi besar, dan kulitnya sawo matang. Aku tahu itu, karena sering melihat dia bermain dengan Sony dan rombongannya. Orang tersebut bernama Zaki. Aku sampai dikirimin pesan sms olehnya “adel pasti belum tahu Zaki, besok senin kita kenalan ya”. Padahal aku sudah tahu wajahnya, dia berperawakan tinggi, kurus, berambut keriting dan berkulit putih.

      Akhirnya, setelah bertemu dengannya, kami hanya saling tegur saja tidak banyak basa – basi karena malu banyak orang yang melihat. Selain Zaki, ada Aldi (kulitnya putih, badan pendek, rambut keriting), Aan (tinggi besar, wajahnya agak seram hehe piss, kulit gelap), dan Ridho (gemuk, berkulit gelap) mereka juga anak X – 9 yang satu genk dengan Sony. Mereka juga menyukaiku, Aldi bahkan mengajakku jalan namun aku menolaknya, Aldi masih satu komplek denganku, kalau Aan pernah jalan – jalan bersamaku dan teman – teman X - 3 ke Kota Tua. Sedangkan Ridho, dia terlihat santai ketika ngobrol denganku layaknya menganggap teman biasa, tetapi terkadang suka memuji dan Sony’s Genk selalu meledeknya.

      Belum berakhir laki – laki di X – 9, ada Fandi juga yang menyukaiku tetapi dia tidak main bareng dengan Sony’s Genk. Hanya sebatas kirim pesan sms saja, naik kelas XI dia dan Andra pindah sekolah.
***
      Setelah itu ada yang menanyakan nomor handphoneku lagi, kali ini bukan anak kelas X tetapi kaka kelas XI Ips, dia diam – diam melihatku dari jauh tetapi waktu berpapasan dia pura – pura tidak mengenal. Kami tidak pernah ngobrol.

      Seperti itulah kisah masa – masa kelas X. Aku pusing karena harus membalas sms mereka satu – satu. Hingga dalam sehari, paket smsku habis sebanyak 500 sms hehehe. Tetapi menyenangkan bisa mengenal mereka walaupun salah satu dari mereka tidak ada yang menjadi pacarku. Semua berteman baik.

Layaknya gula yang dikerubuti semut.

*My real Story

0 comments:

Post a Comment

Hey! Somebody comment!

By :
Free Blog Templates