Aku sangat menikmati sekolah di SMA Negeri yang kata orang - orang
lokasinya di “pinggiran”, tidak unggul seperti SMA Negeri di kota, tapi aku
bersyukur, akhirnya bisa berbaur dengan teman – teman sekelas. Terbesit dalam
pikiranku bahwa aku harus berubah, jangan terus – menerus menjadi gadis pemalu
yang alhasil menjadikanku kurang pergaulan atau tidak mempunyai banyak teman.
Semua teman dikelas bersikap baik kepadaku. Ternyata, mereka yang sebelumnya
aku anggap nakal, aslinya sangat baik. Kemudian aku ingat, bahwa jangan melihat
seseorang dari luarnya saja, tetapi kita harus benar – benar mengenal mereka,
karena setiap orang mempunyai karakter yang berbeda – beda. Ini adalah salah
satu pembelajaran yang tidak pernah kudapatkan dari semua pelajaran sekolah.
***
Hingga suatu hari ada orang yang diam – diam menyukaiku, bukan hanya 1 orang
saja, tetapi ada 3 orang. Mereka sekelas denganku. Pertama sebut saja Ray, dia
nonmuslim. Awalnya, ya seperti biasa, dia meminta nomor handphoneku, ya kupikir
hanya sekedar “save” untuk berteman atau bertanya seputar informasi pelajaran.
Tetapi dugaanku meleset, dia menyatakan cinta padaku melalui pesan sms. Jelas,
aku menolaknya dengan cara halus, tak kusangka dia sangat marah dengan keputusanku
dan nama - nama binatang pun memenuhi setengah layar handphoneku. Mulai saat
itu aku langsung risih dan rasanya ingin cepat untuk mengakhiri pembicaraan
dengannya. Sudah cukup tahu, bahwa orang seperti dia tidak bisa menghargai
keputusan orang lain.
Kedua, Satria. Dia terlihat mencuri – curi pandang dikelas, namun aku membalas
dengan melemparkan senyuman kepadanya, dia sangat pintar memikat hati
perempuan, akupun pernah menaruh hati kepadanya, hingga dia menyatakan cintanya
padaku, lagi – lagi melalui pesan sms, namun aku masih tetap konsisten dengan
pendirianku yaitu menolak karena belum mau berpacaran. Satria akhirnya kecewa,
namun lama – lama dia mengerti. Tidak lama setelah ku menolaknya, dia sudah
menggoda teman sekelasku yang lain, bahkan bukan cuma 1 perempuan. Mulai saat
itu, aku berpikir Satria adalah seorang “Playboy”. Huh ada – ada saja kau ya.
Ketiga, Tama. Dia adalah teman dekat Satria, namun mereka sepertinya bersaing,
bukannya aku kegeeran, tetapi terlihat jelas saat aku tidak masuk sekolah
karena izin, Satria dan Tama mengirim pesan sms secara bersamaan. Lalu, mereka
bertaruh, siapa yang smsnya aku balas duluan, maka dia yang menang. Aku tahu
hal ini dari Satria, dia berbicara langsung. Konyol memang.
Tama baik serta tidak kasar seperti Ray dan tidak playboy seperti Satria.
Tetapi, aku samasekali tidak mempunyai perasaan kepadanya. Murni ingin sebatas
berteman biasa saja. Tetapi dia terus berusaha mendekatiku dikelas. Saat aku
lagi duduk sendirian, dia menghampiriku, mengajak ngobrol. Sampai teman – teman
meneriaki kami “Cieee cieee” ramai sekali, dan tentunya cukup membuatku merasa
malu dan salah tingkah.
***
Semester 1 segera berakhir, semua siswa akan segera melaksanakan ujian
semester, tempat duduk kami dicampur dengan kelas X- 9 dibagi menjadi dua
ruangan. Aku penasaran akan duduk sebangku dengan siapa, namun akhirnya aku
sebangku dengan seorang laki – laki bernama Andra. Dia terlihat nakal, selama
ujian dia terus memperhatikanku bahkan iseng tanya jawaban ujian kepadaku.
Tetapi ternyata dia orangnya baik, walaupun kadang genit tapi dia tidak pernah
macam – macam kepadaku dan bicaranya masih sopan.
Detik – detik mau selesai ujian, ada anak X – 9 (ruangan sebelah)
datang ke ruangan tempatku ujian, dia menanyakan keberadaan diriku. Aku sendiri
belum kenal dia siapa. Ternyata dia adalah temannya Sony (orang yang juga
menyukaiku kelas X – 9 sejak semester 1) Sony tubuhnya tinggi besar, dan
kulitnya sawo matang. Aku tahu itu, karena sering melihat dia bermain dengan
Sony dan rombongannya. Orang tersebut bernama Zaki. Aku sampai dikirimin pesan
sms olehnya “adel pasti belum tahu Zaki, besok senin kita kenalan ya”. Padahal
aku sudah tahu wajahnya, dia berperawakan tinggi, kurus, berambut keriting dan
berkulit putih.
Akhirnya, setelah bertemu dengannya, kami hanya saling tegur saja tidak banyak
basa – basi karena malu banyak orang yang melihat. Selain Zaki, ada Aldi
(kulitnya putih, badan pendek, rambut keriting), Aan (tinggi besar, wajahnya
agak seram hehe piss, kulit gelap), dan Ridho (gemuk, berkulit gelap) mereka
juga anak X – 9 yang satu genk dengan Sony. Mereka juga menyukaiku, Aldi bahkan
mengajakku jalan namun aku menolaknya, Aldi masih satu komplek denganku, kalau
Aan pernah jalan – jalan bersamaku dan teman – teman X - 3 ke Kota Tua.
Sedangkan Ridho, dia terlihat santai ketika ngobrol denganku layaknya
menganggap teman biasa, tetapi terkadang suka memuji dan Sony’s Genk selalu
meledeknya.
Belum berakhir laki – laki di X – 9, ada Fandi juga yang menyukaiku tetapi dia
tidak main bareng dengan Sony’s Genk. Hanya sebatas kirim pesan sms saja, naik
kelas XI dia dan Andra pindah sekolah.
***
Setelah itu ada yang menanyakan nomor handphoneku lagi, kali ini bukan anak
kelas X tetapi kaka kelas XI Ips, dia diam – diam melihatku dari jauh tetapi
waktu berpapasan dia pura – pura tidak mengenal. Kami tidak pernah ngobrol.
Seperti itulah kisah masa – masa kelas X. Aku pusing karena harus membalas sms
mereka satu – satu. Hingga dalam sehari, paket smsku habis sebanyak 500 sms
hehehe. Tetapi menyenangkan bisa mengenal mereka walaupun salah satu dari
mereka tidak ada yang menjadi pacarku. Semua berteman baik.
Layaknya gula yang dikerubuti semut.
*My real Story
0 comments:
Post a Comment
Hey! Somebody comment!