Semakin tinggi
tingkat, maka semakin sulit mata kuliahnya. Semester enam terasa sangat menakutkan
bagiku. Mata kuliah kompetensi telah memenuhi pikiran dan menghabiskan
tenagaku. Bukan teori lagi yang kupelajari, melainkan praktik mengaplikasikan
teori yang sudah dipelajari selama lima semester dalam ruang lingkup yang
berkaitan dengan jurusanku. Tugas praktiknya yaitu mencari kasus pasien dengan
penyakit Tuberculosis (TBC) di Rumah Sakit, kemudian dikaji
data-datanya, berkunjung ke panti sosial untuk menilai status gizi orang-orang
lanjut usia, datang ke catering untuk menilai bagaimana penyelenggaraan
makanannya dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama sebulan di Cianjur.
***
Tidak terasa waktu
cepat berlalu. Perasaanku lega karena sudah menyelesaikan semua tugas, ujian
semester enam digantikan oleh tugas praktik kompetensi tersebut. Aku sangat
penasaran IP-ku berapa sekarang. Sungguh tidak disangka, aku mendapat IP 4,00.
Jujur, aku tidak berharap terlalu tinggi mendapatkan IP sesempurna itu,
bersyukur sekali hasil kerja kerasku tidak sia-sia. Tidak selamanya manusia
berada dibawah maupun diatas, dunia ini seperti roda berputar. Keterpurukan
tidak boleh membuatku putus asa, dan kenikmatan juga tidak boleh membuatku
menjadi tinggi hati. Jadi, walaupun aku sangat senang mendapat IP tinggi,
tetapi aku tidak boleh merendahkan orang lain dan masih harus terus belajar.
Selepas semester
enam, aku mendapatkan tugas yang tidak kalah luar biasa disemester tujuh sampai
delapan. Aku yakin, banyak mahasiswa yang dilanda ketakutan saat harus
berhadapan dengan tugas ini, ketakutannya yaitu tidak bisa lulus tepat waktu.
Tugas itu adalah proposal skripsi dan skripsi.
***
Next = "Perang di Kampus dan di Rumah Sakit"
0 comments:
Post a Comment
Hey! Somebody comment!