Friday 25 May 2018

Lelah yang diinginkan


   Pagi itu, aku pergi ke Dinas Kesehatan Karawang bersama teman satu tim yang sudah berpengalaman dalam kegiatan penelitian sebelumnya (RISKESDAS 2013). Kami mengurus surat-surat yang harus ditandatangani oleh aparat desa dan pengawas. Sebagaimana mereka menjadi saksi bahwa tim kami benar-benar turun ke lapangan untuk melakukan pekerjaan sebagai enumerator (mewawancara dan mendata status kesehatan warga).

     Banyak orang bilang “Wah hebat bisa kerja di Kemenkes”. Namun sungguh, pekerjaan kami mirip kuproy. Kalau gak tau, itu bahasan tren dari “kuli proyek”. Bekerja untuk proyek negara, dan menjadi posisi yang paling bawah. Diatas enumerator, masih ada posisi supervisor, validator dan lain-lain yang jenjang pendidikannya minimal harus S2.
***
     Lokasi kerjaku yaitu di Cikampek. Lumayan jauh dari rumah. Ada yang di Karawang, tapi Cuma 3 desa saja. Sedangkan 8 desa lain di Cikampek.
1.Lemah Mukti, 2. Bengle, 3. Sukasari, 4. Sukasari (beda RT), 5. Purwasari, 6. Cikampek Barat, 7. Cikampek Selatan, 8. Kamojing, 9. Dawuan Tengah, 10. Dawuan Barat dan 11. Majalaya.
    Itu adalah desa-desa yang kami data, yang awalnya terpilih sebagai sampel Susenas (Survei Ekonomi Nasional) yang diadakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) di Karawang.
Nah jadi, Riskesdas ini kerjasama dengan Susenas, data-data awal Susenas seperti: status keluarga seperti kepala rumah tangga/istri/anak, cerai mati/hidup, tanggal lahir, sudah menikah/belum dan lain-lain nantinya akan kami gunakan untuk keperluan input data disistem aplikasi yang sudah diinstall pada saat pelatihan. Karena data tersebut penting sebagai data awal untuk memulai sebelum memasukkan data kesehatan selanjutnya. 
     Data selanjutnya seperti lingkungan rumah tangga, kesehatan individu dan lain-lain diinput setelah data Susenas sudah benar-benar valid. Karena kalau ada yang salah, maka seterusnya akan salah dan akan sulit untuk diperbaiki. Maka dari itu, harus teliti/check ulang dalam pemasukkan data awal.

   Kendalanya, ada beberapa rumah tangga yang tidak bisa diwawancara karena pindah rumah/tidak bersedia untuk diwawancara. Hal ini membuat kami harus tepat menyertakan alasan mengapa tidak diwawancara beserta buktinya (tandatangan kepala rumah tangga/foto rumah jika responden tersebut pindah).
Hmm,,, cukup detail ya?
Rumah tangga yang bersedia diwawancara mendapatkan uang (titipan dari Kemenkes) untuk menggantikan waktu yang terpakai oleh kegiatan kami.
***
    Lokasi yang jauh tidak menyurutkan semangatku untuk rajin bekerja. Walaupun harus bertempur dengan medan jalanan yang cukup ramai dengan mobil truk, container dan kendaraan besar lainnya. Sangat lelah karena berangkat berangkat pagi pulang sore/malam. Tapi kusiasati untuk istirahat dan makan teratur agar bisa fokus selama berkendara dan bekerja.
     Alhamdulillah, satu tim yang terdiri dari 4 orang termasuk aku, bisa bekerjasama dengan baik. Meskipun pasti ada masalah tim maupun antarpersonal yang menjadi bumbu pemanis selama bekerja.
      Kekompakan adalah kunci yang paling penting agar seluruh anggota bisa mengerti satu sama lain. Tidak membawa masalah personal kedalam tim dan tetap professional.

   Oh iya, 4 dari 11 desa yang kami data juga mengadakan pemeriksaan darah gratis di Puskesmas/Kantor Desa. Khusus untuk responden yang telah diwawancara dan menyetujui/ttd surat persetujuan bersedia untuk diperiksa darah. Hanya 3 item pemeriksaan aja: hemoglobin, gula darah dan malaria.
    Acara pemeriksaan darah tersebut dibantu juga oleh tim dokter gigi/exnumerator beserta asistennya, dokter umum dan tenaga kesehatan (bidan/perawat).

Pertama, responden mendaftar di bagian pendaftaran. Yang mengurus pendaftaran ini enumerator.

Kedua, warga harus periksa dulu ke dokter umum yang posisinya tepat disebelah meja pendaftaran. Tujuan periksa ini adalah untuk mengetahui adanya penyakit berat/tidaknya yang dialami oleh responden.

Ketiga, kalau dokter sudah mengizinkan untuk periksa darah, maka langsung saja diambil darah oleh tenaga kesehatan. Darah yang diambil adalah dari pembuluh darah vena. Apabila darah yang diambil ternyata hanya sedikit, maka harus diulang sekali lagi. Jika, responden menolak, maka dianjurkan untuk diambil darah kapiler (yang ditusuk dijari itu lhooo). Waktu pengambilan darah juga dicatat oleh enumerator.
      Kenapa harus darah vena yang diambil? Karena nanti, darahnya dimasukkin ke tabung, lalu diproses di mesin centrifuge (mesin darah yang muter-muter). Sampai 10 menit. Terus darah dikeluarin dan diambil serumnya (cairan kuning bening diatas darah yang mengendap) untuk dikirim ke pusat.
Tujuan pengambilan serum ini sendiri gak tau untuk apa heheheee.. yang tau tindak lanjutnya cuma orang pusat aja :D

Keempat, darah responden siap dimasukkan kedalam alat pendeteksi Hb, gula darah, dan malaria. Hasil pemeriksaan dicatat oleh enumerator yang kemudian akan diinput kedalam sistem aplikasi biomedis.
      Sebelumnya, enumerator wajib bertanya apakah responden puasa/tidak? Karena penting untuk pemeriksaan gula darah. Jika responden puasa dan gula darahnya diatas 126 mg/dl maka diwajibkan minum susu khusus diabetes yang sudah disediakan oleh enumerator dibagian pembebanan/pemberian larutan tambahan. Sebaliknya, jika responden puasa dan gula darahnya dibawah 126 mg/dl, maka larutan yang harus diminum adalah gula monohidrat, kayak gula halus gitu (ini rasanya manis banget). Nah, pengecualian nih untuk yang punya riwayat diabetes, mau gula darah puasanya dibawah 126 mg/dl juga tetap dikasih susu khusus diabetes. Karena memang itu prosedur yang sudah diatur dari pusat.
        Tujuan dari pembebanan untuk mengetahui kadar gula darah sesudah minum larutan selama 2 jam kemudian (2 jam post prandial). Nahh,, nanti kalau hasilnya tinggi, responden akan dikasih surat rujukan dari dokter untuk ke puskesmas, karena khawatir ada gejala diabetes yang baru terdeteksi.

Kelima, responden diarahkan untuk melakukan pemeriksaan gigi. Kecuali yang ikut pembebanan. Diwajibkan untuk pembebanan dulu, baru periksa gigi. Setelah itu selesai deh!! Oh iya responden juga dikasih uang loh setelah pemeriksaan selesai. Enak kaaan, udah gratis dikasih uang lagi :D. Heheee… uang itu amanah dari Kemenkes.
***
Seperti itulah pekerjaan enumerator. Capek banget, pusing, harus gesit. Yaa tapi bayarannya juga setimpal. Inilah lelah yang aku inginkan. Lelah yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Menambah pengalaman baru dan mempunyai keluarga baru.


ADELINA RAMADHANI, ENUMERATOR RISKESDAS 2018. 02 APRIL – 08 MEI 2018.

0 comments:

Post a Comment

Hey! Somebody comment!

By :
Free Blog Templates